Kamis, 2 Oktober 2025

Kalah di Benteng Terakhir, Ini Sejarah Singkat ISIS

Deklarasi itu adalah kemenangan SDF, aliansi paramiliter Kurdi dan Arab, melawan Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS) di desa Baghouz.

Editor: Hendra Gunawan
(AFP/Delil Souleiman)
Anggota ISIS berserta istri dan anak-anak mereka keluar dari desa Baghouz di provinsi Deir Ezzor, Suriah timur, Kamis (14/3/2019). (AFP/Delil Souleiman) 

Operation Inherent Resolve (CJTF-OIR), nama resmi koalisi yang memerangi ISIS, memprediksi ada 7,7 juta orang yang hidup dalam kekuasaan kelompok tersebut.

Berdasarkan grafik dari Conflict Monitor IHS Markis, ISIS menguasai wilayah seluas sekitar 90.800 kilometer persegi, atau kira-kira seluas Portugal.

Kebanyakan dari orang itu membayar pajak, biaya hidup, maupun denda yang membuat kantong pemasukan kelompok ekstremis itu menggelembung.

Pusat Studi Internasional Radikalisasi dan Kekerasan Politik (ICSR) King's College London menyatakan, pada 2014 pemasukan ISIS sebesar 1,9 miliar dollar AS, atau Rp 26,8 triliun.

Selain itu berdasarkan data ICSR, terdapat 41.490 warga asing yang datang dan bergabung dengan ISIS. Koalisi mengestimasi 50 anggota asing datang setiap bulannya.

3. Operasi yang Dimulai di Era Obama

Washington ketika Presiden Barack Obama menjabat langsung memulai operasi untuk menumpas ISIS yang semakin kuat baik di Irak maupun Suriah.

Dalam upaya untuk mengalahkan ISIS itulah, AS kemudian membentuk koalisi yang beranggotakan 70 negara, dan memulai penyerangan pada akhir 2014.

Baca: Berawal Dari Nonton TV, ETW Cabuli Teman Anaknya Hingga Hamil 4 Bulan

Baca: Liga Primer dan FA dituduh menerapkan standar ganda karena tidak melakukan penghormatan atas korban serangan masjid

Selama sekitar 4,5 tahun operasi, koalisi internasional itu seperti diwartakan AFP telah melancarkan setidaknya 34.000 serangan udara di Irak dan Suriah.

Alih-alih menambah jumlah pasukannya yang bertugas, koalisi AS itu kemudian memulai kampanye dengan melatih dan mengorganisasi kekuatan lokal.

Keputusan yang dibuat Washington nampaknya berkaca dari kampanye militer mereka di Irak, di mana dilaporkan 4.400 prajurit terbunuh.

Selain itu, kekhawatiran publik AS akan adanya kabar pengerahan tambahan personel membuat Obama mengurungkan niat itu, dan memilih melatih pasukan lokal.

Strategi itu berbuah manis terutama di Irak ketika pasukan setempat yang kewalahan mulai memperoleh kemenangan kota demi kota.

Puncaknya adalah ketika mereka merebut Mosul pada 2017. Pengganti Obama, Donald Trump meneruskan kebijakan untuk mengenyahkan ISIS.

"Secara keseluruhan, strategi AS terbukti efektif dalam menumpas ISIS," kata Daniel Byman, peneliti Kebijakan Politik Timur Tengah di Brookings Institution.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved