Indonesia dan Nauru Jajaki Peningkatan Konektifitas Laut di Pasifik
Duta Besar RI di Republik Nauru Benyamin Carnadi menawarkan kerja sama mengatasi konektifitas laut di kawasan negara kepulauan Pasifik.
TRIBUNNEWS.COM, YAREN- Duta Besar RI di Republik Nauru Benyamin Carnadi menawarkan kerja sama mengatasi konektifitas laut di kawasan negara kepulauan Pasifik. Hal ini sekaligus merespon keluhan Presiden Nauru, Baron Divavesi Waqa, atas mahalnya biaya pengapalan dari Australia ke Nauru yang mencapai AUD 9000 per container.
Baca: Pencari Suaka di Pulau Manus Dan Nauru Akan Jalani Penilaian Baru
Keduanya bertemu saat berbincang-bincang santai dengan Benyamin Carnadi yang baru saja menyerahkan surat-surat kepercayaannya selaku Duta Besar RI kepada Presiden Republik Nauru, di Yaren, Republik Nauru, Rabu (13/3/2019) waktu setempat.
Duta Besar Benyamin dalam pernyataannya yang diterima tribunnews.com menjelaskan, mahalnya biaya pengapalan ini berimbas kepada harga produk Indonesia yang banyak diimpor oleh negara-negara kepulauan Pasifik seperti Nauru,
“ Kendala konektifitas ini berimbas pada mahalnya komoditi dan kalah bersaing dengan produk serupa yang masuk dari negara lain, seperti Tiongkok, “ ujar Dubes Carnadi.
Indonesia, ia memastikan akan menjajaki perusahaan ekspedisi Indonesia yang bersedia membuka jalur pelayaran ke kawasan Pasifik utamanya dari wilayah Timur Indonesia.
“Upaya ini diharapkan dapat saling menguntungkan karena akan menghidupkan interaksi ekonomi antara provinsi-provinsi di wilayah Timur Indonesia dengan negara-negara kepulauan di Pasifik Selatan.
Sekaligus menciptakan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru seiring dengan meningkatnya pembangunan infrastruktur di Timur Indonesia, “ imbuhnya.
Nauru merupakan salah satu negara terkecil di dunia di bawah akreditasi KBRI Suva di Fiji. Wilayah Nauru terdiri dari satu pulau karang Atoll seluas 21 km2 dengan penduduk kurang lebih 11.000 jiwa. Nauru terletak di Pasifik Selatan berada di tengah-tengahnya antara Australia dan Hawaii.
Nauru, negara kepulauan yang terletak di Timur Indonesia ini pernah tajam dalam menyoroti isu penegakan HAM di Papua.
Baca: 6 Fakta di Balik Nauru, Negara Terkaya di Dunia yang Tiba-tiba Jatuh Miskin
Namun setelah Presiden Waqa beberapa kali berkunjung ke Indonesia, pemerintahannya memiliki pemahaman yang lebih baik tentang Indonesia dari berbagai aspek, dan sekarang menjadi sahabat RI di Pasifik.
Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Presiden Republik Nauru, Baron Divavesi Waqa, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, tahun 2017 lalu telah menghasilkan kesepakatan kerja sama di bidang maritim dan marine resources management.