Krisis Venezuela: Maduro blokir bantuan, kota perbatasan rusuh
Kerusuhan pecah di kota perbatasan Venezuela karena Presiden Nicolas Maduro memblokir bantuan kemanusiaan yang disalurkan melalui Kolombia dan
Pada Sabtu, warga Venezuela berusaha melintasi perbatasan untuk mengambil bantuan kemanusiaan, termasuk di antaranya makanan dan obat-obatan.
- Krisis Venezuela: Guaido janji salurkan bantuan kemanusiaan, Maduro bersikukuh menolaknya
- Mengapa solusi krisis politik dan ekonomi di Venezuela 'tergantung' dengan militer
- Krisis Venezuela: Orang-orang yang siap mati untuk Presiden Maduro
Namun pasukan keamanan menghalangi dan menembakkan gas air mata pada para sukarelawan. Di sisi lain, warga yang marah membakar pos pengawasan serta melemparkan batu pada tentara dan pasukan anti huru-hara.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan dua orang, termasuk remaja berusia 14 tahun, tewas tertembak saat kerusuhan pecah di Santa Elena de Uairen, dekat perbatasan Brasil. Sementara dua orang lainnya juga dilaporkan tewas pada Jumat di wilayah yang berdekatan.
Amnesty International menyebut penggunaan senjata api terhadap demonstran melanggar hak asasi manusia, dan termasuk kejahatan dalam hukum internasional.
Selain itu, terdapat laporan bahwa beberapa truk yang mengangkut bantuan kemanusiaan dibakar. Tindakan yang disebut Guaidó melanggar Konvensi Jenewa.
Pemerintah Kolombia memperkirakan, hingga pukul 19.00 waktu setempat (06.00 WIB), jumlah yang terluka akibat kerusuhan perbatasan sekitar 300 orang.
Jurnalis di lokasi melaporkan beberapa demonstran mengalami luka parah, termasuk kehilangan penglihatan akibat gas air mata.

Guaidó mengunjungi Jembatan Tienditas di sisi Kolombia di perbatasan, di mana dia membujuk pasukan keamanaan Venezuela untuk meninggalkan pos mereka dan menjanjikan "amnesti" jika mereka bergabung dengan "pihak yang benar".
Setidaknya 60 tentara membelot ke pihak Guaidó pada Sabtu malam, menurut layanan imigrasi Kolombia. Meskipun begitu, mayoritas militer masih setia pada Presiden Maduro.
Sebuah video yang beredar di media sodial memperlihatkan empat orang tentara membelot dari pihak Maduro dan mendukung Guaidó.
"Kami adalah ayah dan anak, kami sudah cukup merasakan ketidakpastian dan ketidakadilan," kata mereka dalam video tersebut.
Apa reaksi Maduro?
Presiden Maduro terus membantah klaim Guaidó sebagai presiden sementara. Dia juga tidak mengindahkan seruan internasional untuk melakukan pemilu.
Dia menuding Guaidó sebagai "boneka", seorang "pion Amerika", "badut" dan "pengemis imperial".