Laga-laga panas Piala Asia 2019 yang merembet sampai ke luar lapangan
Pertandingan sepak bola Piala Asia yang berlangsung di Uni Emirat Arab memiliki dampak geopolitik dan diplomatik, dan akan menghadirkan sejumlah
Adalah biasa bagi warga Korea untuk mendukung kedua tim. Pemain Korea Utara, Jong Tae-se, juga sama populernya di selatan.
Media Korea Utara merayakan keberhasilan Korsel karena turut menjadi tuan rumah Piala Dunia 2002, dan timnya mencapai semi final - yang pertama kalinya untuk negara Asia.
Kedua negara Korea ini akan bertanding di Asian Cup 2019.

Israel, bangsa "Eropa"
Sebenarnya bukannya tidak pernah terdengar sebelumnya bahwa terdapat tim sepak bola internasional yang "diposisikan kembali".
Australia pindah ke Asian Football Confederation pada tahun 2006 agar terlibat dalam pertandingan yang lebih menantang dibandingkan para pesaingnya di Oceania.
Tetapi alasan mengapa Israel di bawah UEFA sejak tahun 1994 adalah lebih rumit.
Meskipun pada mulanya tergabung dalam AFC, negara Yahudi ini diboikot negara-negara Islam sejak dari permulaan.

Tidak serukun seperti tampak dari luar, Jepang v Korea Selatan
Meskipun sempat menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2002, hubungan Jepang-Korea Selatan tetaplah rumit.
Penguasaan Jepang selama 35 tahun atas Semenanjung Korea (1910-45) tetap menimbulkan kebencian dan masih terdapat masalah terkait dengan pekerja paksa saat pendudukan.
Kemenangan Jepang atas Korea pada tahun 2013 sehingga memenangkan East Asian Cup dibayang-bayangi bendera besar pendukung yang bertuliskan "tidak ada masa depan bagi ras yang melupakan sejarah".

Kemuraman blokade: Qatar v Saudi
Masalah diplomatik lain yang melibatkan Arab Saudi akan terjadi pada tanggal 17 Januari, saat mereka menghadapi Qatar.