Paris rusuh protes BBM, Presiden Macron gelar rapat darurat
Rapat kabinet darurat dilaporkan membahas sejumlah langkah menangani demonstrasi yang awalnya menentang kenaikan pajak BBM tetapi kemudian melebar
Presiden Prancis Emmanuel Macron memimpin rapat kabinet darurat pada Minggu (02/12) untuk membahas langkah-langkah menangani aksi protes yang diwarnai kekerasan di Paris.
Di antara jalan yang dipertimbangkan pemerintah adalah memberlakukan keadaan darurat.
- Mengapa orang Prancis tidak menunjukkan rasa semangat
- Bentrokan di Paris: 'Protes warga Prancis bukan hanya soal harga BBM'
- Dipenjara dua bulan gara-gara merusak kemasan kripik seharga €1,5 (Rp27 ribu)
Seorang juru bicara pemerintah, Benjamin Griveaux, mengatakan pemberlakukan keadaan darurat merupakan opsi yang mungkin saja ditempuh.
"Kami harus memikirkan langkah-langkah yang dapat diambil sehingga insiden-insiden ini tidak terjadi lagi," jelas Griveaux kepada stasiun radio Europe 1.
Gapura dan kawasan belanja
Kerusuhan bermula dari aksi unjuk rasa menentang kenaikan pajak bahan bakar minyak (BBM) yang kemudian berkembang menjadi demonstrasi menentang kenaikan biaya hidup.
Meskipun aksi sebagian demonstran berjalan damai, sebagian pemrotes bentrok dengan aparat keamanan dan menaiki gapura terkenal di Paris, Arc de Triomphe, dalam unjuk rasa pada Sabtu (01/12).

Lebih dari 100 orang mengalami luka, termasuk 23 anggota pasukan keamanan. Sejauh ini kepolisian telah menangkap 400 orang.
Di kawasan perbelanjaan Champs-Elysées, polisi menembakkan gas air mata, granat kejut dan meriam air. Kelompok pemrotes yang mengenakan masker melemparkan proyektil dan membakar gedung-gedung.
Presiden Macron kembali dari KTT G20 di Argentina pada Minggu pagi dan langsung meninjau kerusakan yang terjadi di Arc de Triomphe.
Siapakah pemrotes dan apa motif mereka?
Para pengunjuk rasa disebut sebagai "gilets jaunes" atau rompi kuning karena mereka mengenakan rompi cerah, yang oleh peraturan Prancis diharuskan ada di setiap kendaraan.
Gerakan unjuk rasa ini tampaknya tidak mempunyai komando yang dapat diidentifikasi secara pasti dan mendapat momentum melalui media sosial.

Para peserta berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari kelompok anarkis kiri jauh hingga kelompok nasionalis kanan jauh, dan banyak pula orang-orang moderat.
Hampir 300.000 turut serta dalam demonstrasi serentak pertama pada tanggal 17 November lalu. Keberatan utama mereka adalah kenaikan pajak bahan bakar.
Menurut Presiden Macron, kenaikan pajak BBM diberlakukan demi lingkungan hidup, tetapi kelompok pemrotes menyebutnya tidak memahami situasi masyarakat, khususnya penduduk pedesaan yang menggantungkan pada mobil sebagai moda transportasi.