Pemilu Afganistan: Sejumlah orang tewas akibat bom, pemungutan suara diperpanjang
Pemilu legislatif yang tertunda tiga tahun akhirnya digelar di Afganistan. Namun para pemegang hak suara dihantui ancaman serangan Taliban dan
Namun banyak yang yakin, menyelenggarakan pemilu dalam kondisi Afganistan saat ini merupakan sebuah pencapaian.
Pemilu ini diyakini dapat menghasilkan parlemen yang lebih sah untuk menggantikan perwaiklan yang tak dipercayai. Pemilu ini juga mendorong pemilu presiden tahun depan serta dialog perdamaian dengan Taliban.
Mengapa pemilu ini penting?
Banyak warga Afganistan putus asa untuk menggapai hidup yang lebih baik, pekerjaan, pendidikan, dan akhir peperangan dengan Taliban.
Bagi kolega Afganistan di luar negeri, tumbuhnya demokrasi dapat diartikan titik balik investasi, pengeluaran miliaran dolar AS dan ribuan jiwa yang hilang selama perang satu dekade.
Tidak sedikit kandidat anggota parlemen berusia muda dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Mereka berjanji mengubah negara yang terpecah belah oleh perang itu.
Meski begitu sebagian penduduk Afganistan masih menganggap seluruh politikus lekat dengan korupsi dan pemerintahan yang tak efektif.
Pemungutan suara per lima tahun ini seharusnya telah digelar pada 2015. Namun kebuntuan pada perselisihan pemilu presiden mengubah jadwal itu, dan berujung pada perang sipil.
Bagaimanapun, meski parlemen memiliki hak pengawasan dan legislasi, kekuasaan sesungguhnya berada di lembaga kepresidenan.
Pemilu ini akan dianggap sebagai ujian awal sebelum pemilu presiden digelar di Afganistan pada April 2019.
Data pemilu Afganistan
Hampir sembilan juta pemegang hak suara tercatat mengikuti pemilu parlemen ini.
Pemungutan suara dijadwalkan berakhir pada pukul empat sore Sabtu kemarin, tapi akan diperpanjang hingga Minggu ini, terutama di TPS yang sempat terpaksa ditutup.
Hanya 5.000 TPS tersedia dari rencana awal sebanyak 7.000 TPS. Alasan keamanan menyebabkan target TPS tak terwujud.