PM Malaysia Sebut Negerinya Harus Belajar kepada China
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Selasa (21/8/2018) mengatakan, negerinya harus belajar banyak hal dari China.
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Selasa (21/8/2018) mengatakan, negerinya harus belajar banyak hal dari China.
Terutama, lanjut Mahathir, bagaimana China mampu menyediakan makanan, teknologi, dan lapangan kerja bagi 1,4 miliar warganya.
Baca: 5 Hal Penghambat Perkembangan Balita 1 Tahun
Mahathir menambahkan, tak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan warganya, China juga masih memproduksi beras yang cukup untuk keperluan ekspor.
"Malaysia, dengan penduduk 30 juta orang, hanya mampu menghasilkan beras untuk 70 persen warganya meski pemerintah sudah memberikan subsidi pupuk," ujar Mahathir kepada jurnalis di pengujung kunjungan kerja lima harinya di Beijing.
Salah satu tempat yang dikunjungi Mahathir di Negeri Tirai Bambu adalah Akademi Ilmu Pertanian China dan Taman Inovasi Teknologi dan Ilmu Pertanian Nasional.
Mahathir melanjutkan, Malaysia juga bisa belajar dari China cara memasarkan produknya lewat dunia maya tak hanya ke pasar domestik tetapi juga dunia.
Hal ini disampaikan saat Mahathir membagi pengalamannya usai mengunjungi markas besar Alibaba Group di Hangzhou dan bertemu sang pendiri, Jack Ma.
"Warga desa bisa memasok kebutuhan seluruh negeri, bahkan dunia, dengan menjual produk secara online. Kita tak mungkin hidup dalam kemiskinan," tambah dia.
Mahathir juga membagi pengalamannya mengendarai kereta api super cepat dari Hangzhou menuju Beijing. Dia menyatakan, Malaysia belum membutuhkan jaringan kereta api super cepat.
"Kereta api ini bergerak di kecepatan 300 km per jm. Anda tidak butuh kereta dengan kecepatan ini dari KL menuju Singapur," ujar dia.
Di saat yang sama Mahathir mengkritik pendahulunya, Najib Razak, yang mengucurkan dana 72 miliar ringgit (Rp 256,4 triliun) hanya untuk mengurangi beberapa menit masa perjalanan.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mahathir: Malaysia Bisa Belajar Banyak dari China",
Penulis : Ervan Hardoko