Kasus pornografi lewat kamera pengintai marak di Korea Selatan
Para pegiat di Korsel memperingatkan apabila pornografi melalui kamera pengintai ini tidak dicegah dengan lebih serius, jenis kejahatan ini
Saya ingat pertama kali saya mendengar perihal kamera pengintai di Korea Selatan.
Tidak lama setelah saya tinggal di Seoul, saya berlari ke toilet umum di pinggir sungai Han ketika bersepeda bersama seorang teman.
"Lihat, tidak ada kamera di dalamnya," teriaknya saat saya menyusul masuk ke dalamnya. Saya berbalik dan tertawa. Tetapi dia tidak sedang berseloroh.
- Karena video seks dan kekerasan di telepon, turis Malaysia diusir dari Australia
- Video pornografi anak: 'Orang tua korban' ikut menyaksikan, kata polisi
- Tragedi perempuan Italia yang bunuh diri karena video seks beredar viral
Tidak sedikit kaum perempuan mengatakan kepada saya hal pertama yang mereka lakukan tatkala masuk ke toilet umum di Korea Selatan adalah memeriksa apakah ada lubang intip atau kamera. Berjaga-jaga, begitulah.
Apa pasal? Lantaran negara ini dalam cengkeraman apa yang disebut sebagai epidemi kamera pengintai.

Kamera-kamera tersembunyi membidik kaum perempuan - terkadang para pria - yang sedang melepas pakaian di kamar mandi atau bahkan di ruang ganti pakaian di pusat pertokoan, gedung olah raga dan kolam renang. Video-video itu kemudian diunggah di berbagai situs porno.
Para pegiat di Seoul saat ini memperingatkan apabila praktek seperti tidak dicegah dengan lebih serius, jenis kejahatan seperti ini kemungkinan akan menyebar ke negara lain dan sukar dihentikan.
Lebih dari 6.000 kasus kamera pengintai terkait pornografi dilaporkan ke polisi tiap tahun, dan 80% korbannya adalah kaum perempuan.
Dikhawatirkan ada ratusan kasus serupa yang tidak terungkap karena korbannya tidak mau mengungkapnya. Beberapa kasus difilmkan oleh para pria yang mereka anggap adalah kawan-kawan mereka sendiri.
Korban: 'Saya mulai menangis'
BBC mewawancarai seorang perempuan yang kami panggil Kim. Dia dibidik dengan kamera tersembunyi di bawah meja di sebuah restoran.
Sang pelaku meletakkan kamera kecil di atas roknya. Kim memergoki pria itu dan merampas telepon genggamnya - hanya untuk memastikan apakah ada rekaman video lainnya dalam telepon pintar tersebut, yang rupanya sedang dikomentari oleh seorang pria lainnya.
"Dan saat saya pertama kali membaca obrolan mereka, saya sangat terkejut, pikiran saya menjadi kosong dan saya mulai menangis," ujar Kim. Dia lantas beranjak ke kantor polisi, tetapi melaporkan insiden itu membuatnya merasa lebih rentan.

"Saya terus berpikir, apa yang ada di benak orang lain? Apakah polisi berpikir bahwa pakaian saya terlalu terbuka? Saya terkesan murahan?
"Di kantor polisi, saya merasa kesepian. Saya merasa semua pria menatap saya seolah-olah saya adalah sepotong daging atau objek seksual. Saya merasa ketakutan.