Israel Hampir Tembak Jatuh Jet Rusia di Suriah
Angkatan Udara Israel hampir menembak jatuh jet Rusia yang menuju wilayah udara Israel.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ISRAEL - Angkatan Udara Israel hampir menembak jatuh jet Rusia yang menuju wilayah udara Israel.
Ini seperti yang disampaikan mantan Menteri Pertahanan Moshe Ya'alon dalam sebuah wawancara dengan media negara tersebut, pada Sabtu lalu.
"Pada awal kehadiran Rusia (di Suriah), ada kasus dimana seorang pilot Rusia hampir melintasi perbatasan kami di atas Dataran Tinggi Golan, jika itu pesawat Suriah, kami akan menembaknya," kata Ya'alon kepada Kantor Berita RIA Novosti.
Menurut Ya'alon, Israel mengidentifikasi pesawat tersebut milik Rusia saat mendekati wilayah udara negara zionis itu.
Sementara IAF telah siap menembak jatuh pesawat itu jika pesawat tidak segera mengubah arah.
Dikutip dari laman The Jerusalem Post, Senin (7/5/2018), Ya'alon mengatakan bahwa kontak dilakukan dengan Pangkalan Udara Khmeimim yang dioperasikan oleh Rusia di Suriah, kontak tersebut mengingatkannya terkait bahaya pesawat tersebut dan kemudian pesawat jet itu berubah arah.
Baca: Obib Nahrawi Luncurkan Fashion Muslim Kekinian ala Pemuda Zaman Now
"Masalah tersebut segera diselesaikan," kata Ya'alon.
Insiden tersebut terjadi sesaat setelah Moskow ikut campur dalam konflik Suriah pada September 2015 lalu.
Tak lama kemudian, Israel dan Rusia menerapkan mekanisme untuk menghindari bentrokan tak sengaja di wilayah udara Suriah, dimana kedua angkatan udara itu aktif melakukan kegiatan militernya.
Selama perang sipil yang berlangsung sekira delapan tahun di Suriah, Israel secara terbuka mengakui telah menyerang lebih dari 100 konvoi Hizbullah serta target lainnya di Suriah.
"Saat saya masih menjadi Menteri Pertahanan kami menyadari bahwa Rusia telah memutuskan untuk mengirim pesawatnya ke Suriah dan kemudian menyebarkan sistem pertahanan udara S-300 dan S-400," jelas Ya'alon.
Ia kemudian menjelaskan bahwa dirinya sempat mengundang Atase Rusia ke Tel Aviv hanya untuk menegaskan bahwa Israel tidak akan ikut campur dalam intervensi Rusia di Suriah.
"Lalu mengundang atase militer Rusia di Tel Aviv, ke kantor saya dan mengatakan kepadanya 'kami tahu bahwa anda berencana mengerahkan pasukan ke Suriah, kami tidak akan ikut campur dalam konflik Suriah," tegas Ya'alon.
Dalam pertemuan dengan Atase Rusia itu, Ya'alon memperingatkan agar Rusia juga tidak mengganggu apa yang dilakukan Israel di wilayah tersebut.
"Tetapi kita memiliki kepentingan kita sendiri di sana, di garis merah, oleh karena itu jangan ganggu kami maka kami tidak akan mengganggu anda," tambah Ya'alon.
Menurutnya, sejak ada penerapan hotline, yang diisi oleh petugas berbahasa Rusia di sisi Israel, belum ada kesalahpahaman yang terjadi antara kedua negara.
Kendati demikian, Ya'alon menekankan Israel tidak perlu melaporkan kepada Rusia jika ingin melakukan serangan udara.
"Kami tidak perlu berkoordinasi atau ke markas Rusia bahwa kami akan melakukan serangan udara, kami tahu mereka dapat mengidentifikasi pesawat kami, kami tidak akan ganggu mereka jika mereka tidak ganggu kami," papar Ya'alon.
Pihak Israel juga memahami bahwa tidak ada hubungan langsung antara Moskow dan Hizbullah.
Ya'alon menilai, dalam banyak kasus, senjata buatan Rusia yang dipasok ke Suriah pada akhirnya berakhir di tangan kelompok teroris Syiah Lebanon.
Sebagai sekutu dari Presiden Suriah Bashar al-Assad, Moskow menempatkan diri sebagai bagian dari persekutuan antsara Damaskus dan Teheran, yang merupakan pelindung Hizbullah.
Rusia, yang memandang Teheran sebagai pemain kunci dalam menyelesaikan krisis di Suriah, telah berulang kali menekankan pentingnya peran Republik Islam di negara yang dilanda perang itu.
Israel khawatir, Iran akan membantu Hizbullah untuk menghasilkan peluru kendali yang akurat dan membantu milisi Syiah lainnya untuk memperkuat pijakan mereka di Dataran Tinggi Golan, dua garis merah yang ditetapkan oleh Yerusalem.
"Melihat Iran memasok senjata kepada musuh-musuh kami di kawasan itu, terutama Hizbullah di Lebanon, sekaran mereka ingin berada di perbatasan kami, kami tidak akan mentoleransi kehadiran militer Iran di Suriah yang akan mengancam kami," tandas Ya'alon.
Sumber: m.jpost.com