Enam fakta ekonomi yang menjelaskan demonstrasi di Iran
Meski berpredikat sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di Timur Tengah, Iran menghadapi kesulitan yang memicu rangkaian demonstrasi.
Kaum muda berusia di bawah 30 tahun, yang jumlahnya lebih dari setengah populasi 79,9 juta jiwa, adalah golongan paling parah terdampak.
Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan 26,7% dari golongan berusia 15-24 tahun menjadi penggangguran. Adapun kekurangan kerja mencapai 12,4% pada golongan usia tersebut.
IMF memperingatkan bahwa meskipun pertumbuhan ekonomi cukup tinggi, jumlah pekerjaan yang tercipta untuk menyerap tenaga kerja tidak cukup. Sejumlah analis menduga bahwa pemulihan paling kentara terletak pada sektor minyak yang tidak memerlukan banyak tenaga kerja.

Ponsel pintar punya peranan penting dalam rangkaian demonstrasi akhir-akhir ini.
Khalayak menggunakan aplikasi Telegram, yang punya jutaan pengguna di Iran, untuk merencanakan unjuk rasa dan berbagi video serta foto. Ketika Telegram menolak membekukan saluran-saluran populer pada Minggu (31/12), pemerintah Iran memblokir aplikasi tersebut .
Peranan ponsel pintar tak pelak sangat penting karena ketika jutaan orang berdemonstrasi di Teheran pada 2009 untuk menuntut pemilihan ulang, hanya ada 2% yang diyakini punya ponsel pintar—walau saat itu terdapat 55 juta pengguna ponsel di Iran.
Kini, terdapat lebih dari 80 juta pengguna ponsel di Iran dan 41% populasi diperkirakan memiliki setidaknya satu ponsel pintar.

Investigasi terkini oleh BBC Persia menemukan bahwa secara rata-rata orang Iran lebih miskin 15% ketimbang 10 tahun sebelumnya.
Bank Dunia mengatakan kemiskinan di Iran merosot 8% dalam kurun 2009 dan 2013, meski sempat melejit ke 10,5% pada 2014—tahun pertama Rouhani menjabat presiden.
Bank Dunia memprediksi 8,2 juta orang hidup dengan US$5,50 (Rp73.800) per hari pada 2014. Lalu 2% di antara populasi atau sekitar 196.000 jiwa hidup kurang dari US$1,90 (Rp25.500) per hari.
Keluarga berpendapatan rendah di Iran yang mencapai 77 juta orang bergantung pada bantuan langsung tunai dari pemerintah senilai US$13 (Rp174.500). Dalam rencana anggaran yang disusun Rouhani, bantuan itu akan dipangkas US$5,3 miliar (Rp71 triliun) yang bakal berdampak pada 30 juta orang.
Rouhani juga berencana menaikkan harga bensin dari US$0,30 (Rp4.026) per liter menjadi US$0,45 (Rp6.037) per liter.
Konsumsi roti, susu, dan daging merah di Iran telah menurun antara 30% dan 50% selama 10 tahun terakhir, menurut data yang ditelusuri BBC Persia.
Lantaran warga Iran semakin miskin dan harga bahan pangan meningkat 40% selama setahun terakhir, banyak orang tidak mampu membeli makanan yang cukup.