Apa arti pertemuan dengan Pangeran Harry dan Meghan Markle bagi seorang perempuan dengan positif HIV?
Paida Mutopo merupakan orang yang lahir dengan HIV, dan bertemu dengan Meghan dan Pangeran Harry di Nothingham Inggris pada Sabtu (2/12) lalu.
Paida Mutopo gugup ketika bertemu dengan Pangeran Harry dan tunangannya Meghan Markle.
Perempuan berusia 21 tahun yang lahir dengan HVI ini menceritakan tentang dirinya dalam pertemuan dengan pasangan Kerajaan Inggris dalam kunjungan resmi pertama mereka di Nottingham pada Sabtu (02/12).
"Saya tidak pernah menduga akan tiba hari dimana seseorang dari kalangan atas seperti Pangeran Harry akan mendukung masalah ini," kata dia pada Newsbeat.
"Itu sangat berarti bagi saya bahwa dia menyediakan waktunya dan bekerja dengan orang yang terinfeksi dengan penyakit ini."
- Diteror dengan tudingan HIV di media sosial, perempuan laporkan mantan kekasih
- Menginfeksi 30 perempuan, WN Italia dengan HIV positif divonis penjara 24 tahun
- Seks dengan 'kondom robek dan tularkan HIV', penata rambut digugat
Paida berbicara dengan pasangan tersebut ketika mereka berkunjung ke Pusat Pameran Kontemporer Nottingham untuk menghadiri acara peringatan Hari Aids Sedunia.
"Saya masih tidak percaya bahwa ini kenyataan," kata Paida, yang telah diakui kerjanya dalam meningkatkan kepedulian terhadap HIV, yang menyerang sistem kekebalan tubuh.
"Saya sangat gugup sampai mereka mulai berbicara kepada saya dan mereka benar-benar mengetahui kerja saya.
"Mereka merupakan pasangan yang menyenangkan dan saya tahu mereka bersemangat mengenai peningkatan kepedulian dan berupaya untuk mengatasi stigma seputar HIV.
"Saya tidak mendapatkan diagnosa sampai saya berusia 10 tahun. Saya sakit dan ibu saya tidak mengetahui apa yang terjadi.
"Jadi dia melakukan tes pada saya. Saat itu kami mengetahui bahwa saya dan ibu saya positif HIV."
Tanpa penanganan, HIV secara perlahan menghancurkan sistem kekebalan tubuh saya, artinya semakin berat untuk melawan infeksi. Dalam sejumlah kasus Aids dapat berkembang.
"Hari Aids Dunia sangat berati bagi saya," kata Paida, yang berasal dari Manchester.
"Saya memiliki sejumlah anggota keluarga yang meninggal karena stigma tak ingin menjalani tes untuk HIV dan tidak ingin meminum obat."

Sekitar 35 juta orang di seluruh dunia meninggal akibat penyakit terkait dengan HIV sejak virus itu pertama kali diidentifikasi pada awal 1980an, menurut Organisasi Kesehatan Dunia WHO.