Bom Hantam Kendaraan Pengangkut Tentara di Thailand Selatan, 1 Prajurit Tewas, 20 Terluka
Seorang tentara Thailand tewas dan 20 lainnya luka-luka, termasuk dua warga sipil akibat serangan bom.
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Serangan bom terjadi di wilayah selatan Thailand, Kamis (14/9/2017).
Seorang tentara Thailand tewas dan 20 lainnya luka-luka, termasuk dua warga sipil akibat serangan bom dari kelompok pemberontak tersebut.
Wilayah dengan penduduk mayoritas Muslim yang berbatasan dengan Malaysia itu telah lama diguncang kekerasan dan pemberontakan.
Baca: Halimah Yacob Pilih Tetap Tinggal di Rusun Saat Menjabat Sebagai Presiden Singapura
Lebih dari satu dekade pemberontak etnis Melayu, melancarkan perlawanan terhadap kelompok mayoritas Buddha, demi mendapatkan otonomi lebih.
Lebih dari 6.800 orang tewas yang mayoritas warga sipil, dalam rangkaian konflik berkepanjangan itu.
Serangan terbaru kali ini terjadi ketika sebuah bom di pinggir jalan menghantam kendaraan yang mengangkut prajurit Angkatan Darat di sebuah desa terpencil di Distrik Yaha, Provinsi Yala.
Baca: Kisah Presiden Muslimah Pertama Singapura Halimah Yacob Dapat Julukan Ratu Bolos Saat Sekolah
Selanjutnya, 30 menit kemudian regu penjinakkan bom diturunkan di kawasan yang sama.
Peledakan dilakukan untuk membersihkan lokasi kejadian dari ancaman bom lain.
Proses pembersihan bom ini sempat diwarnai dengan aksi baku tembak dengan kelompok pemberontak.
Jurubicara militer Thailand wilayah selatan, Kolonel Pramote Prom-in mengatakan seorang kopral tewas, dan 18 tentara lainnya terluka.
Baca: Korea Utara Tolak Sanksi Baru PBB Dan Ancam Amerika
Sementara, dua warga sipil mengalami luka ringan.
Seperti diberitakan AFP, seorang polisi di Distrik Yaha pun membenarkan jumlah korban tersebut.
Serangan ini terjadi saat junta Thailand mengadakan pembicaraan dengan kelompok yang mengaku mewakili pemberontak untuk mendirikan 'zona keamanan' di selatan.
"Zona keamanan" itu merupakan bentuk gencatan senjata terbatas dalam konflik yang telah bergulir sejak tahun 2004.
Namun, para ahli mengatakan, faksi utama dengan komando dan kontrol atas pemberontak tidak berkomitmen untuk melakukan pembicaraan dengan pemimpin militer Thailand.
Militer Thailand adalah pihak yang merebut kekuasaan pada tahun 2014.
Barisan Revolusi Nasional (BRN) yang diduga berada di balik aksi kekerasan di wilayah ini tidak pernah mengklaim aksinya, dan selalu menghindar dari publikasi.
Berita ini sudah dimuat di Kompas.com dengan judul: Serangan Bom di Thailand Selatan, 1 Prajurit Tewas, 20 Luka-luka