Seumur Hidupnya, Kakek Ini Hidup di Rumah Bawah Tanah yang Sudah Berumur Lebih Dari 300 Tahun
Koridor yang berliku-liku untuk sampai ke dasar lubang yang digali adalah satu-satunya jalan untuk masuk dan keluar dari bangunan.
Untuk membuat sebuah rumah bawah tanah, lahan seluas 200 meter persegi dengan kedalaman 7-8 meter, digali pada bagian tengah balok plato yang rata.
Titik pusatnya dipilih secara hati-hati oleh seorang ahli feng shui.
Sekadar tahu, balok plato adalah dataran tinggi yang terbentuk dari endapan lumpur yang tergerus air sungai selama berabad-abad.
Nah, bagian dasar lubang ini adalah halaman rumah bawah tanah. Sedangkan sekeliling dinding lubang itu digali seperti gua untuk dibentuk sebagai ruangan atau kamar-kamar.
Koridor yang berliku-liku untuk sampai ke dasar lubang yang digali adalah satu-satunya jalan untuk masuk dan keluar dari bangunan.
Namun, pintu masuk koridor selalu tersembunyi agar penyusup tidak bisa masuk ke dalamnya.
Di halaman terdapat sebuah sumur untuk menadah air hujan untuk keperluan harian. Ada pula sebuah lubang untuk menampung air kotor.
Lalu, pada bagian atap yang rata di rumah bawah tanah ini terdapat dua bingkai penggulung dari batu.
Kata Wang, dia menggunakan bingkai penggulung untuk melengkungkan tanah agar menyatu dan padat.
Rumput yang tumbuh di atas platform juga harus dicabut karena akarnya bisa merusak lapisan tanah.
Selain itu, jika perawatannya tidak benar dan tepat, balok plato akan menjadi hancur dan gua-guanya akan runtuh.
Disamping beternak dan berkebun di desa tetangga, Wang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menambal dan memperkuat rumah bawah tanahnya.
Tetangga Wang mengatakan bahwa rumah bawah tanah Wang memiliki feng shui yang bagus.
Pasalnya, kebanyakan bayi yang lahir di rumahnya lebih dari 15 generasi sejak Dinasti Qing (1644-1911) adalah bayi laki-laki.
Wang dan isterinya membuka rumah mereka untuk para turis pada tahun 1980-an. Mereka juga menyimpan buku cacatan bagi tamu untuk mencatat komentar mereka.