Militer Bersumpah Bebaskan Marawi 12 Juni Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Filipina
Angkatan Bersenjata Filipina bersumpah merebut kembali Marawi, ibukota Provinsi Lanao del Sur di Pulau Mindanao, dari kelompok teroris Maute.
Penulis:
Febby Mahendra
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Angkatan Bersenjata Filipina bersumpah merebut kembali Marawi, ibukota Provinsi Lanao del Sur di Pulau Mindanao, dari kelompok teroris Maute, sebagai hadiah di hari kemerdekaan negeri itu pada Senin, 12 Juni.
Juru Bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) Brigjen Restituto Padila Jr mengatakan pihaknya yakin dapat mengibarkan bendera Filipina di setiap sudut Kota Marawi pada 12 Juni, saat peringatan hari kemerdekaan Filipina.
"Semoga pada Senin mendatang kami dapat menaikkan bendera di seluruh sudut Marawi. Itu bukan hanya simbol kami dapat mengambil alih kontrol atas wilayah tersebut, namun juga simbol persatuan melawan kelompok bandit ini, " tambah Padila di Manila, Sabtu (10/6/2017).
Padila mengatakan, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Eduardo Ano telah menginstruksikan pengibaran bendera Filipina di sejumlah bagian Kota Marawi.
"Kami bekerja keras untuk melaksanakan instruksi itu," katanya.
Militer Filipina gagal mencapai target membebaskan Marawi dari cengkeraman kelompok bersenjata yang berafiliasi kepada ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah).
Kendala yang dihadapi militer yaitu kelompok Maute menggunakan warga Marawi sebagai benteng hidup.
Sejak 23 Mei lalu Presiden Rodrigo Duterte menempatkan seluruh wilayah Mindanao di bawah darurat militer setelah kelompok Maute menguasai Kota Marawi.
Padilla menambahkan darurat militer di Mindanao akan berlanjut meski Kota Marawi dapat direbut kembali.
Menurutnya, pasukan keamanan harus mampu menjamin keamanan di seluruh Pulau Mindanao sebelum mereka merekomendasikan pencabutan darurat militer.
"Harus dilakukan tindakan untuk menjamin keamanan Mindanao secara keseluruhan, bukan hanya Marawi," kata Padilla.
Hingga Kamis malam, korban tewas akibat bentrokan antara pasukan pemerintah dan kelompok Maute meningkat menjadi 198 orang. Sebanyak 138 anggota Maute tewas, selebihnya 40 tentara dan 20 warga sipil.
Menurut Padila prioritas utama militer Filipina yaitu menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok teroris Abu Sayaf, dan dua pimpinan kelompok Maute yaitu Omar serta Abdullah bersaudara.
"Pertandingan baru berakhir apabila kami dapat menangkap dan menahan mereka. Kalau itu tidak dapat dilakukan, mereka kan terus melawan sampai kapan pun," kata Padilla.
Ia membantah informasi yang menyebut Hapilon berhasil meloloskan dari Kota Marawi.