Wartawan Muda Jepang Kojiri Akhirnya Meninggal, Penembak Masih Dicari
Takayama sendiri berusaha berlindung di samping sofa dan penembak ke luar ruangan.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Tanggal 3 Mei 1987 jam 20:13 penembakan tiga wartawan Jepang, Tomohiro Kojiri (saat itu 29 tahun), Kenji Takayama (55) dan Hyoue Inukai (72), berakhir dengan meninggalnya Kojiri yang tertembak bagian pinggang kirinya, dan Inukai pun jatuh tersungkur kena tembak.
Takayama sendiri berusaha berlindung di samping sofa dan penembak ke luar ruangan.
"Kojiri yang kena tembak, langsung mengerang kesakitan. Sementara Inukai berdarah-darah bagian kiri tubuhnya dan dua jari kirinya terpaksa harus dipotong tertembus peluru. Saya sendiri untung saja selamat tak ditembaknya," papar Kenji Takayama (55) khusus kepada Tribunnews.com sore ini (11/5/2017).
Kojiri akhirnya meninggal sekitar jam 1 pagi dini hari (4/5/1987), sekitar empat jam setelah kejadian jam 20:15 di lantai dua kantor wartawan lantai dua cabang Hanshin, kota Nishinomiya Kobe perfektur Hyogo Jepang.
"Setelah pembunuh ke luar saya langsung telpon polisi yang datang sekitar 5 menit kemudian. Tak lama kemudian ambulance datang dan Kojiri serta Inukai dibawa ke rumah sakit. Kojiri tak dapat diselamatkan karena organ tubuh dalamnya hancur tertembus peluru, banyak ke luar darah, meninggal skeitar jam 1 pagi," jelasnya lagi.
Takayama sendiri sebenarnya ingin pulang dulu ke kampungnya di Tokorozawa perfektur Saitama tapi karena kemalaman tidak jadi pulang.
"Bahkan setelah kejadian tak lama saya dipindahkan ke cabang Osaka. Sekitar 3 bulan setelah kejadian saya di daerah kansai saja tak sempat pulang ke kampung halaman. Tapi orangtua sadar dan mengerti akan semua kesibukan saya," papar Takayama lagi yang masih membujang hingga kini.
Wartawan Asahi yang suka memotret itu sempat belajar di Universitas Waseda Tokyo dan saat melamat ke koran Asahi langsung ditempatkan ke Osaka cukup lama sebelum dipindahkan ke cabang Hanshin Nishinomiya Kobe tersebut.
Apakah pembunuhnya mungkin kalangan mafia Jepang (yakuza) karena daerah sana kan banyak yakuza?
"Menurut polisi kemungkinan bukan dari yakuza dari kalangan ekstrim kanan disebut Sekihotai," jawabnya.
Setelah sempat terlibat dalam kasus penembakan tersebut, Takayama mengakui sempat dijaga ketat termasuk kantornya, baik dengan satpam maupun polisi.
"Kita kan koran ya, harus independen di tengah, sebenarnya kurang nyaman juga dijaga begitu, seperti orang elit saja. Tapi apa boleh buat karena ada kejadian penembakan tersebut. Jadi untuk beberapa saat dijaga dikawal sambil polisi bertanya-tanya kepada saya saksi mata."
Pemeriksaan polisi terhadap berita saya sebelumnya, berita Inukai dan berita Kojiri, sama sekali tak ada petunjuk sama sekali ke pembunuh tersebut, lanjutnya.
"Yang ada yang biasa, memang beda pendapat, tapi biasa saja. lalu juga hate speech, unjuk rasa pidato kebencian di depan kantor kita, ya wajar saja. Tapi kalau sampai benci kepada kita sehingga kita ditembak, polisi tak menemukan pintu terang sampai kini bahkan pembunuhnya tak diketahui identitasnya secara pasti."