Senin, 6 Oktober 2025

Tarian Pengusir Setan Mai Tampil di Festival Budaya Jepang

Festival ini diperagakan biasanya pada awal tahun baru sebagai upaya bersyukur terhadap apa yang telah diterima di masa lalu.

Editor: Dewi Agustina
Shizuoka Shimbun
Tarian pengusir Setan Mai (Oni no Mai) dalam Festival Budaya Jepang Tootoumi no Hiyon dori toukunai 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kegiatan festival budaya Jepang "Tootoumi no Hiyo n dori toukunai" kekurangan orang, sehingga penampilan 20 macam tarian akhirnya hanya ditampilkan tiga macam saja yaitu "Mitsumai", "Mai sword dance (Ryokennomai)", dan "Lion of the evening (yoinosisi)".

"Budaya ini sangat bagus sekali dan berharap dapat terus dilestarikan dan ditarikan anak-anak muda Jepang nantinya meskipun jumlah orang muda di Jepang berkurang banyak saat ini," kata Denji Oishi (99), Ketua Futokoroyama Okunai Preservation Society yang juga penyelenggara festival, Selasa (3/1/2017).

Festival ini diperagakan biasanya pada awal tahun baru sebagai upaya bersyukur terhadap apa yang telah diterima di masa lalu dan berharap panen beras terutama dijauhkan dari yang jahat, yang tidak baik, sehingga dapat panen dengan baik di tahun yang baru ini.

Perayaan ini tercatat sebagai salah satu dari kekayaan budaya festival Jepang yang telah tercatat di pemerintahan Jepang.

Kali ini diselenggarakan di Kota Hamamatsu untuk kemakmuran rakyat tersebut.

Acara ini sudah berlangsung lebih dari 450 tahun lalu yang semula berasal dari daerah Kuil Hozo, Terano, Inasacho, Kitaku, Kota Hamamatsu.

Itulah sebabnya sering pula disebut Terano no Hyondori.

Para pemainnya biasanya dari kalangan pelajar SD dan SMP lokal setempat baik yang memainkan drum, suling atau pun peluit, termasuk yang menari.

Dalam festival tersebut muncul tiga setan warna hitam, merah dan biru bersamaan dengan munculnya api mengitarinya.

Kemudian dimatikan dengan kapak dan palu untuk mematikan api tersebut, tanda berakhirnya gangguan setan yang jahat, mengusir mereka, agar kemakmuran dapat kembali menyinari rakyat setempat dengan harapan panen yang sukses nantinya.

Seorang penari, Meiko Ibuka (12) yang ikut berpartisipasi menjadi penari singa di festival itu mengakui deg-degan tegang saat muncul.

"Gugup juga saya waktu muncul tarian tadi di hadapan banyak orang, tapi akhirnya selesai juga," ungkapnya lega.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved