Pemilihan Presiden Amerika Serikat
Mau Trump Atau Hillary, Indonesia Harus Sesuaikan Diri Dengan Kebijakan Presiden AS Yang Baru
Namun demikian kebijakan luar negeri AS diharapkan tidak banyak berubah dari sebelumnya mengingat birokrasi AS
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK- Siapapun yang akan keluar sebagai pemenang Pilpres apakah Hillary Clinton atau Donald Trump maka bagi Indonesia harus menghormati hasil tersebut dan bersedia untuk bekerjasama dengan pemerintahan baru.
Apa yang bisa dilakukan Pemerintah Indonesia?
Menurut Guru Besar Hukum dan Hubungan Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana, Pemerintah Indonesia tentu harus menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan baru dari Presiden baru, pengganti Barrack Obama.
"Ini dilakukan agar hubungan kedua negara bertambah erat dan saling menguntungkan," ujar Prof Hikmahanto ketika dihubungi Tribunnews.com, Rabu (9/11/2016).
Namun demikian kebijakan luar negeri AS diharapkan tidak banyak berubah dari sebelumnya mengingat birokrasi AS akan memastikan konsistensi kebijakan.
Hanya memang dia melihat, bila Donald Trump terpilih maka pemerintah AS memiliki beban tugas ekstra.
Yaitu kata dia, meyakinkan bahwa AS dibawah Donald Trump tidak seperti apa yang dikampanyekan oleh Trump, seperti Islamphobia dan isu imigran.
Calon Presiden dari Partai Republik Donald Trump memenangkan perolehan suara di negara bagian Florida dan Ohio.
Sejauh ini perolehan suara untuk Trump sebesar 216, sedangkan Hillary tertinggal di angka 197.
Trump juga memenangkan kemenangan "merah" di sejumlah negara bagian, termasuk Texas, Indiana, Oklahoma, West Virginia, Tennessee dan South Carolina.
Sementara Demokrat Hillary Clinton memenangkan Virginia, Colorado, dan termasuk Vermont, Delaware, Maryland, Massachusetts dan New York.
Setelah jutaan orang Amerika memberikan suara mereka pada hari Selasa (8/11/2016) waktu setempat untuk menentukan siapa yang akan menjadi Presiden AS berikutnya, Clinton dan Trump bersaing untuk suara elektoral 270 yang dibutuhkan untuk memenangkan pemilihan Presiden 2016.
Para calon masih akan berebut suara di 11 negara "medan pertempuran" yang berpotensi — termasuk negara bagian yang secara tradisioanal merupakan pemilih merah, Georgia dan negara bagian Michigan adalah biru.
Lima negara bagian yang paling cenderung menjadi negara perebutan suara adalah North Carolina, Florida, Ohio, New Hampshire dan Nevada — dan sejauh ini dua negara bagian sudah dikantongi Trump.