Kaisar Jepang Isyaratkan Turun Tahta
Akihito menyatakan kekhawatirannya yang mungkin akan sulit melaksanakan tugas-tugasnya karena kondisi fisiknya yang menurun.
Penulis:
Srihandriatmo Malau
Editor:
Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Akhirnya saat yang dinantikan itu datang juga.
Kaisar ke-125 Jepang, Akihito (82), Senin (8/8/2016) menyampaikan pidatonya kepada publik.
Dalam pidatonya, Akihito menyatakan kekhawatirannya yang mungkin akan sulit melaksanakan tugas-tugasnya karena kondisi fisiknya yang menurun.
Kaisar, yang berusia 82 tahun itu, menyampaikan pesan video 10 menit kepada rakyat Jepang pada hari Senin (8/8/2016).
Pesan tersebut menyinggung harapannya terkait turun dari takhta.
Ia harus menahan diri dari membuat komentar spesifik apa pun mengenai sistem kekaisaran yang sekarang, tetapi pandangannya ini sebatas komentar individu.
Di tengah masyarakat yang menua dengan cepat, ia ingin berbicara mengenai apa peran yang diharapkan dari Kaisar, pada saat lanjut usia.
Ia mengatakan tidak mungkin untuk terus mengurangi tugas kenegaraan Kaisar serta tugas-tugasnya sebagai lambang negara.
Dikatakannya, sistem perwalian mungkin dapat dibentuk untuk bertindak mewakili Kaisar, tetapi hal itu tidak mengubah fakta bahwa Kaisar akan terus menjadi Kaisar hingga akhir hayatnya.
Ia menyampaikan kekhawatiran bahwa jika Kaisar jatuh sakit, masyarakat akan mandek dan kehidupan rakyat terkena dampak dalam berbagai cara.
Ia menyampaikan mungkin akan sulit bagi dirinya untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai lambang negara karena kondisi fisiknya perlahan-lahan menurun.
Terakhir, ia menyampaikan harapan bahwa Keluarga Kekaisaran dapat terus bersama dengan rakyat sepanjang waktu dan dapat bekerja bersama dengan rakyat untuk membangun masa depan Jepang.
Ia juga mengatakan berharap bahwa tugas-tugas Kaisar sebagai lambang negara dapat terus dilaksanakan tanpa terputus.
Pidato Kaisar Jepang ini menjadi sorotan media-media asing dunia. Seperti stasiun televisi Inggris BBC menyiarkan pesan video Kaisar Jepang secara langsung.
Dikatakan bahwa indikasi untuk turun takhta tidak disebutkan di bawah hukum yang ada saat ini, sehingga perubahan diperlukan untuk membolehkan Kaisar turun dari takhtanya.