Senin, 29 September 2025

Mengintip Kekejaman Kamp Pemerkosaan dan Perbudakan Seks di Sudan Selatan

eorang perempuan diculik sejumlah tentara dan dibawa ke sebuah kamp militer. Di sana, dia diikat dan diperkosa berulang kali selama dua bulan.

Editor: Sugiyarto
Puspen TNI/El Geneina/Puspen TNI/El Geneina
DANSATGAS INDOBATT: PRAJURIT GARUDA DEKAT DENGAN WARGA LOKAL DI DARFUR - (El Geneina, 3 Agustus 2015). Selain melaksanakan kegiatan rutin operasi baik itu patroli, pengamanan aset United Nations, maupun pengamanan di wilayah Area Of Responsibility (AOR), Prajurit Garuda Satgas TNI Kontingen Garuda XXXV-A/Unamid (United Nations Mission In Darfur) atau Indonesian Battalion (Indobatt) sebagai Peacekeepers Indonesia di wilayah Darfur Sudan, juga dekat dengan warga lokal di Darfur. Demikian dikatakan Dansatgas Indobatt Letkol Inf M. Herry Subagyo saat meninjau kegiatan rutin Prajurit Garuda dalam melaksanakan interaksi terhadap warga sipil dan anak-anak, sekaligus merupakan sebagai upaya nyata dalam pemulihan trauma terhadap warga sipil yang menjadi korban konflik, seperti halnya yang dilaksanakan di wilayah Krinding, Darfur Barat, Sudan, Minggu (2/8/2015). (*) 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perempuan diculik sejumlah tentara dan dibawa ke sebuah kamp militer.

Di sana, dia diikat dan diperkosa berulang kali selama dua bulan.

Seorang perempuan lain diculik bersama adiknya yang berusia 15 tahun, dan diperkosa setiap malam selama lima malam.

Seorang perempuan ketiga dibawa ke hutan bersama putrinya yang baru berusia 12 tahun. Di sana, keduanya diperkosa.

Penculikan perempuan dan gadis muda yang kemudian dijadikan sebagai budak seks—beberapa di antaranya ditahan tanpa batas waktu—diikat bersama ratusan orang lain di "kamp-kamp pemerkosaan" rahasia, merupakan sebuah aspek baru yang mencemaskan dari konflik yang telah berlangsung selama 21 bulan di Sudan Selatan, yang kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusianya sudah dikenal.

Para gadis Chibok di Nigeria, yang diculik Boko Haram pada April 2014, dan para perempuan Yazidi di Irak yang dijadikan budak seks oleh kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS, sudah diketahui dunia.

Namun, nasib dari—mungkin ribuan—perempuan Sudan Selatan yang diculik dan berulang kali menjadi korban pemerkosaan brutal serta bekerja dalam kondisi seperti budak tetap tidak terungkap ke permukaan hingga kini.

Puluhan wawancara yang dilakukan kantor berita AFP di utara negara itu mengungkapkan sebuah pola sistematis penculikan dan pemerkosaan yang dilakukan tentara pemerintah dan milisi sekutunya selama ofensif berlangsung baru-baru ini.

Penyelidikan difokuskan pada serangan pasukan pemerintah.

Namun, kedua belah pihak telah melakukan pembantaian etnis, merekrut dan membunuh anak-anak, serta melakukan pemerkosaan secara luas.

Juga penyiksaan dan pemindahan paksa penduduk demi "membersihkan" daerah musuh mereka.

Penculikan dan pemerkosaan sistematis

Nyabena, seorang ibu berusia 30 tahun, ditangkap ketika tentara menyerang desanya di Kabupaten Rubkona pada April lalu.

Laki-laki dewasa dan anak laki-laki ditembak mati. Rumah-rumah dijarah dan dibakar hingga rata dengan tanah. Kaum perempuan dan anak perempuan ditangkap.

Nyabena berada di antara 40 orang yang diambil dari dua desa bertetangga. Ia berurai air mata ketika bercerita tentang kejadian saat dirinya dipisahkan dari kelima anaknya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan