Cerita dari Mekkah
Setelah Pulang Berhaji, Dayu Berniat Tetap Jadi Tukang Urut Keliling
“Biarin, meskipun sudah haji tidak gengsi saya," kata Dayu.
Sisa uang untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dirinya serta kedua cucunya, ia sisihkan dan disimpannya di bawah keset yang berada di depan kamarnya.
Saat akan mendaftar berhaji dirinya membongkar tabungannya yang dikumpulkan sejak tahun 2000 hingga 2010.
Bersyukur dari tabungannya bisa terkumpul Rp 10 juta.
Memang kekuatan doa dan ikhtiar membuatnya bisa mengarungi kehidupan hingga bisa menjalankan ibadah haji pada 2015 ini.
“Saya salat Tahajud serta setiap hari senantiasa mengaji dan berdoa usai salat Magrib. Saya selalu mengungkapkan keinginan untuk berangkat haji kepada Allah,” katanya.
Bermodal uang Rp 10 juta, dirinya pun berangkat ke bank untuk mendaftar.
Tetapi ternyata setoran awal Rp 5 juta, sementara yang Rp 5 jutanya lagi dijadikan modal usaha dengan menyewa lahan untuk bertani.
Dari sanalah, wanita yang akrab disapa Emak ini bisa membayar Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).
Banyak kata-kata miring sebelum Emak berangkat ke Tanah Suci dari sebagian orang.
Dengan keterbatasan ekonomi banyak orang beranggapan lebih baik menggunakan uang yang dimilikinya untuk kehidupannya saja.
Tetapi niatnya sudah bulat, ia menganggap rezeki sudah ada yang mengatur.
Setelah pulang berhaji dirinya tidak akan merasa rendah diri.
Meskipun bergelar haji, dirinya tetap akan menjalankan profesi sebagai tukang urut keliling.
“Biarin, meskipun sudah haji tidak gengsi saya," katanya. (*)