Gempa di Nepal
Masa Depan Industri Wisata Nepal dan Himalaya Terancam Suram
Menara Bhimsen setinggi 61 meter, yang juga merupakan "Monas"-nya Nepal, rubuh begitu saja akibat gempa.
TRIBUNNEWS.COM, KATHMANDU - Gempa bumi yang terjadi Sabtu (25/04/2015) lalu di Kathmandu, Nepal, tidak hanya merusak gedung dan pemukiman warga, tetapi juga bangunan-bangunan monumental dan bersejarah, yang menjadi destinasi wisata di Nepal.
Ini menimbulkan pertanyaan kepada Nepal yang cukup kaya akan daerah wisata.
Bagaimana masa depan tempat-tempat wisata itu?
Jika melihat kembali pada dampak gempa, Gunung Everest dan Pegunungan Himalaya yang sangat populer di kalangan dunia masih menyeramkan untuk didaki.
Pangkalan perkemahannya banyak yang hancur. Padahal kini sedang musim pendakian.
Untuk wisata trekking, Telegraph mencatat daerah Annapurna, yang termasuk menjadi tujuan trekking, sempat diterpa badai salju tahun lalu.
Kecelakaan pesawat pun kerap terjadi di beberapa area trekking. Tentu menakutkan bagi wisatawan.
Lalu, Menara Bhimsen setinggi 61 meter, yang juga merupakan "Monas"-nya Nepal, rubuh begitu saja akibat gempa yang getarannya hingga ke India dan Tibet itu.
Selain itu, kuil Pashupatinath yang menjadi tujuan umat Hindu serta kota bersejarah Bhaktapur dan Pathan pun dirusak gempa.
Kedua kota tersebut dilaporkan penuh dengan puing batuan merah.
Industri perhotelan juga tidak terlewat.
Banyak hotel di daerah ibukota yang rubuh dan mengalami kerusakan.
Dikatakan sebuah hotel mewah di Nepal, Yak and Yeti Hotel, retak dan aulanya rusak.
Guest house di daerah wisata Thamel pun tidak berbentuk lagi.
Yang disyukuri karena tidak terimbas parah adalah situs bersejarah di daerah Lembah Kathmandu.