WNI Jadi Budak di Amerika
FBI Ungkap Sindikat Perdagangan Perempuan Berkat Buku Harian Shandra
Seandainya Shandra Woworuntu tak memiliki buku diary, mungkin dirinya masih menjadi budak seks di Amerika Serikat.
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Seandainya Shandra Woworuntu tak memiliki buku diary, mungkin dirinya masih menjadi budak seks di negeri Paman Sam, Amerika Serikat.
Kepada VOA, Minggu (2/2/2014), warga negara Indonesia tersebut menceritakan kisah kelam yang dialaminya ketika menjadi korban sindikat perdagangan manusia di New York pada 2001.
"Polisi awalnya tak mau membantu, ketika saya berhasil melarikan diri. Saya ke KJRI New York juga tak dipercaya. Tapi, ketika itu saya tetap menyerahkan buku harian saya kepada mereka. Ternyata, buku saya itu diteruskan ke FBI," tutur Shandra.
Biro Investigasi Federal pun bergerak cepat. Berbekal keterangan Shandra dan data dari buku hariannya, FBI menggulung sindikat perdagangan manusia di New York.
Tiga kepala sindikat- termasuk seorang warga Indonesia yang disebut-sebut Shandra-ditangkap. Puluhan perempuan berhasil dibebaskan, termasuk dua perempuan Indonesia yang bersama-sama Shandra menjadi korban perdagangan manusia.
"Dulu waktu membuat catatan itu saya tidak tahu kalau catatan ini akan membantu. Nggak sampai ke sana pikiran saya. Jadi, semacam kebetulan. Saya menyampaikan catatan itu kepada polisi hanya untuk satu tujuan, yaitu agar saya bisa membantu menyelamatkan dua teman saya- yang juga warga negara Indonesia dan masih belum bisa kabur," ujarnya.
"Waktu kami berpisah-sewaktu saya kabur dulu-saya janji sama mereka saya akan kembali untuk mereka. Janji itu terngiang-ngiang terus waktu saya di polisi. Target saya waktu itu hanya untuk menyelamatkan kawan-kawan ini," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, Shandra Woworuntu (27), mantan analis keuangan di sebuah bank di Indonesia, awalnya berbuncah gembira.
Seolah doanya terjawab, surat lamarannya bekerja magang di sebuah hotel di Chicago, Amerika Serikat, mendapat jawaban positif.
Dia dinyatakan lolos dan diterima bekerja magang selama enam bulan. Saat itu, Shandra baru diberhentikan dari bank tempatnya bekerja. Berbekal selembar tiket, visa, dan sejumlah uang, Shandra berangkat ke AS untuk menjemput impiannya.
Namun, sejak hari pertama menjejakkan kaki di AS, Shandra dipaksa menjadi pekerja seks komersial di sebuah rumah bordil di kota New York.
Bersama korban lainnya, mereka "ditawarkan" kepada para hidung belang di sejumlah hotel dan kasino di kota itu.