Indahnya Indonesia Jika Punya Sistem Peradilan Seperti di Jepang
Pengadilan (saiban) Jepang khususnya pengadilan perdata sangat cepat. Hanya dua menit selesai.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo, Jepang
TRIBUNNEWS.COM - Pengadilan (saiban) Jepang khususnya pengadilan perdata sangat cepat. Hanya dua menit selesai. Kenyataan sebenarnya sudah diputuskan, sehingga kedatangan penuntut dan terdakwa hanya proforma saja. Selesailah, hanya pembacaan, plus info lain soal teknis dan administrasi pengadilan.
Itulah yang terjadi pada Kamis(11/04/2013) dari pengamatan Tribunnews.com di Pengadilan Negeri Tokyo khususnya sidang perdata dengan kasus kebangkrutan, tidak bisa kembalikan uang kartu kredit, dan kasus perdata lain.
Seorang pengacara profesional yang ditemui, K Ishii mengatakan kepada Tribunnews.com, "Pengadilan di Jepang cepat karena sudah tersistem dengan baik, tertata dengan baik. Semua jelas, jadi semua pihak bisa berjalan dengan baik dan lancar," paparnya.
Pengadilan dibuka tepat waktu sekitar pukul sebelas pagi. Saat masuk semua pihak absensi dulu sesuai kasus yang akan dijalankan saat itu. Ada kertas draft agak kecoklatan ukuran A5 bertuliskan nama terdakwa dan pengacaranya, kasus nomor berapa, dan tempat cong-cong kotak kecil untuk memberikan tanda V tanda hadir pada sebelah kiri nama pelaku yang hadir.
Saat absensi menggunakan pensil. Penggunaan pensil semua sehingga mudah dihapus kalau salah, dan diperbaiki, kata Ishii lagi.
Setelah waktu tiba, tepat jam 11, satu persatu nama terdakwa dipanggil dan duduk di blok yang telah ditentukan, "Silakan duduk di sana," perintah pihak pengadilan.
Kasus perdata seharusnya dalam satu ruangan tersendiri, tapi tampaknya kekurangan dana anggaran Pengadilan menjadikan satu ruangan dan memecah lima blok bangku meja agar cepat proses pengadilan. Dipimpin seorang administratif pengadilan sebagai wakil hakim, membacakan surat keputusan hakim. Didengarkan oleh terdakwa dan penggugat serta wakil pengadilan.
Setelah dipanggil nama terdakwa dan disuruh duduk di blok nomor sekian, proses pengadilan segera dimulai. Berbagai info disebutkan dan akhirnya keputusan dibacakan. Ada komentar? Tanya wakil hakim tersebut. Tidak ada masalah, tak ada komentar, pengadilan selesai dengan smooth dan keterangan administrasi disampaikan. Misalnya, kalau ada info tambahan, maka tanggal sekian bisa didaftarkan lagi untuk dibuatkan jadwal pengadilan kembali.
Biasanya itu tidak terjadi, artinya sekali pengadilan dilakukan, ya selesai sudah. Biaya pengadilan sekitar 8.000 yen atau sekitar Rp 780 ribu (kurs Rp 97 per yen). Rincian angka untuk kasus perdata diberikan pengadilan, semua selesai.
Mengapa hanya sekali selesai? Karena sebelum pengadilan dilaksanakan semua sudah dilakukan proses tanya jawab antar pihak terdakwa diwakili Pengacara dan pihak penggugat, di luar pengadilan.
Sampai semua hal clear tak ada pertanyaan lagi, lalu diputuskan jadwal pengadilan, sehingga saat pengadilan dilaksanakan sebenarnya kira-kira 99 persen sudah beres semua.
Inilah cara Jepang. Penyelesaian sampai beres sebelum pengadilan dilaksanakan. Semua pihak saling tanya jawab, lalu dipertimbangkan penggugat, hasilnya di pengadilan, lalu keputusan dibacakan wakil hakim.
Pemunculan hakim biasanya hanya pada kasus besar dan bahkan bisa berkepanjangan apabila sudah menyangkut politik dan kriminal pembunuhan. Tetapi kasus-kasus kecil perdata umumnya Hakim utama tak muncul tetapi diwakilkan sudah cukup.
Begitu praktis, cepat, profesional dan efisien sekali cara kerja pengadilan di Jepang. Tidak bertele-tele, tidak berkepanjangan, semua hitung-hitungan soal angka untung rugi khususnya demi kepentingan umum masyarakat dan tentu saja demi keadilan. Sifatnya mendidik, menyadarkan, supaya kita kembali benar tak melakukan lagi, dan bukan menghukum tampaknya. Itulah tampaknya filosofi pengadilan di Jepang.