Virus Corona
Epidemiolog Tak Setujui Rencana Presiden Jokowi Hentikan PPKM, Sebut Hanya Mengundang Masalah Baru
Ahli Epidemiologi dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengaku tak setuju akan rencana Presiden Jokowi yang ingin menghentikan PPKM.
Jokowi Belum Terima Kajian Penghentian PPKM
Pemerintah berencana menghentikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan rencana tersebut belum final.
Kajian mengenai penghentian PPKM atau PSBB belum ia terima.
“Belum, belum sampai. Untuk PSBB, PPKM belum sampai ke meja saya,” kata Jokowi saat meresmikan pengembangan Stasiun Manggarai tahap 1, pada Senin, (26/12/2022).
Menurut Presiden kajian mengenai penghentian PPKM harus detail.
Baca juga: Satgas Covid-19 Ingatkan Masyarakat Tetap Displin dan Mandiri Jaga Kesehatan Jika PPKM Dihentikan
Jangan sampai kebijakan tersebut nantinya menyebabkan kegagalan dalam penanganan pandemi Covid-19.
“Ini kajian-kajian yang harus saya minta harus detail, jangan sampai fail (gagal) memutuskan sehingga sebaiknya kita sabar untuk menunggu,” katanya.
Sebelummya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan pemerintah membuka opsi untuk memberhentikan PPKM di seluruh Indonesia pada akhir tahun 2022.
Hal tersebut mengingat situasi pandemi di Tanah Air yang saat ini terus membaik.
"Hari ini, kemarin, kasus harian kita berada di angka 1.200 dan mungkin nanti akhir tahun kita akan menyatakan berhenti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), PPKM kita," kata Jokowi saat memberikan sambutan di acara Indonesia Economic Outlook 2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Baca juga: Moeldoko Bicara soal Keinginan Jokowi untuk Hentikan PPKM hingga Menkes Minta Waktu untuk Evaluasi
Jokowi lantas menjelaskan kembali bagaimana selama ini situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang naik turun hampir tiga tahun ini, terutama saat varian Delta masuk Indonesia.
"Saat itu saya ingat hampir 80 persen menteri menyarankan saya untuk (melakukan) lockdown termasuk masyarakat juga menyampaikan hal yang sama. Kalau itu kita lakukan saat itu, mungkin ceritanya akan lain sekarang ini," ujar Jokowi.
Jokowi melanjutkan muncul varian Omicron yang saat puncaknya kasus harian mencapai 64 ribu kasus.
"Kita ingat saat itu alat pelindung diri (APD) kurang, oksigen enggak ada, pasien numpuk di rumah sakit. Untung kita saat itu masih tenang, tidak gugup tidak gelagapan, sehingga situasi yang sangat sulit itu bisa kita kelola dengan baik," lanjutnya.
"Perjalanan seperti itu harus kita ingat, betapa sangat sulitnya. Oleh sebab itu kemampuan domestik kita harus terus kita garap," kata Jokowi.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Taufik Ismail)(Kompas.com/Fika Nurul Ulya)