Virus Corona
Kasus Negatif Palsu Pasien Covid-19, Ketahui Faktor Penyebabnya
Munculnya kasus negative false atau hasil tes negatif palsu pasien Covid-19 diakui Kepala Humas Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI).
Ini artinya banyak rumah sakit yang kehilangan tenaga kesehatannya.
Belum lagi banyaknya nakes yang harus isolasi akibat tertular Covid-19. Isolasi ini tentu akan mempengaruhi layanan kesehatan di rumah sakit.
Nalar sehatnya dimana kalau dalam kondisi seperti itu masih ada yang tega menuding rumah sakit meng-Covidkan pasien,” pungkas Anjari.
PCR atau polymerase chain reaction saat ini menjadi metode diagnosis penyakit Covid-19 yang paling akurat.
Metode pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau virus dengan PCR ini memiliki akurasi paling tinggi bisa mencapai 90 persen dibanding model swab antigen atau rapid antigen.
Meski memailiki akurasi yang tinggi, ada sejumlah kasus pasien Covid-19 yang tetap menunjukkan hasil PCR negative padahal semua gejala Covid-19 ditemukan pada pasien tersebut.
PERSI telah melakukan verifikasi berita yang beredar di lapangan.
IDI dan PERSI berulangkali melakukan advokasi terhadap kelompok masyarakat yang memiliki pandangan keliru tersebut.
“Miss persepsi, ada kesalahan pemahaman, jadi kewajiban kami untuk meluruskan,” jelasnya.
Daeng maupun Anjari sepakat pasien dan keluarga pasien memiliki hak untuk meminta penjelasan kepada dokter dan rumah sakit jika memang menemukan indikasi ketidakberesan dalam layanan maupun penegakan diagnosis penyakit.
"Sebaliknya, dokter dan rumah sakit juga memiliki hak untuk dihargai dan dihormati dalam hal penegakan diagnosis maupun pengambilan tindakan medis, sesuai dengan SOP yang berlaku," kata Daeng.