Permintaan Melonjak, Pengusaha Ini Sampai Sulap Pabrik Furniture Miliknya jadi Gudang Peti Mati
Meski mendapatkan keuntungan besar dari peningkatan penjualan peti mati, Frans berucap jangan sampai permintaan bertambah
Hal tersebut imbas dari meroketnya kasus Covid-19 di Indonesia terutama di Jabodetabek.
Beda dengan periode sebelumnya, untuk tahun ini kasus kematian sangat tinggi bahkan penularannya sangat cepat sekali.
Bukan hanya tenaga kesehatan yang kewalahan, perajin peti mati pun ikutan kena imbas yang terkuras tenaga dan waktunya.
Pantauan Tribun di sebuah pabrik pembuat peti mati kawasan Kelurahan Jurumudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang hiruk pikuk buruh membuat peti mati jadi pemandangan yang langsung terlihat begitu memasuki pintu gerbang.
Suara bising mesin pemotong kayu dan embusan serpihannya jadi hal yang wajar bagi buruh dan sopir truk yang membawa peti mati di sana.
Bak kerja rodi kerja tanpa henti, ratusan buruh peti mati tampak sibuk lalu lalang.
Mereka membuat peti mati berwarna putih untuk peristirahatan terakhir korban Covid-19.
"Kita bisa produksi peti mati ini untuk hari ini saja itu sudah tembus 500 orderan, mulai hari ini ya," ujar Frans, perajin peti mati sekaligus pemilik pabrik.
Lain hari lain waktu, bukannnya semakin berkurang, ternyata orderan malah menjadi-jadi.
Awalnya, kata Frans, saat gelombang kedua masuk, pihaknya mulai membuat dari 100 per hari, tambah jadi 250 per hari.
Puncaknya mulai hari ini, tembus 500 permintaan perhari.
Baca juga: Angka Kematian Akibat Covid-19 Melonjak, Stok Peti Mati di Depok Menipis
"Per Jumat besok tepat dua minggu nih banjir orderan," ucap Frans.
"Nah, hari ini tembus 500 orderan dalam sehari, kemarin juga mendekati.
Ini bisa tambah terus," tambah dia.
Untuk itu, Frans per hari membuat kerja 3 shift, berbeda dari hari sebelumnya yang hanya 2 shift saja.