Penanganan Covid
Cerita Pasien Covid-19 Dua Hari Tak Dapat Ruang ICU dan Akhirnya Meninggal
Pasien yang tidak disebutkan identitasnya tersebut hanya dirawat di sebuah purkesmas di Tangerang Selatan, dan setelah dua hari
"Sekitar 4-5 rumah sakit, sampai kembali lagi ke dekat rumah. Saya lihat ada rumah sakit kecil, saya masuk lagi. Di situ ada bed tapi dia (petugas) bilang 'Kami enggak punya ventilator'" ujar Ratna.
Karena Ratna menginformasikan bahwa kakaknya sudah tak sadarkan diri, petugas rumah sakit menyebutkan butuh ventilator untuk perawatan.
"Padahal saya cuma butuh emergency tok kok, tapi memang enggak bisa," ujar dia.
Akhirnya, karena gagal mendapatkan kamar perawatan, Ratna kembali ke rumah kakak iparnya.
Di sepanjang perjalanan itu, dia juga mencoba menghubungi saudara dan temannya yang bekerja di rumah sakit, untuk menanyakan apakah dirinya bisa mendapatkan kamar perawatan untuk kakak iparnya.
"Mereka pun nyerah, 'Aduh mohon maaf banget memang keadaannya full begini', dia bilang begitu," ujar Ratna.
Akhirnya masuk IGD
Karena gagal mendapatkan rumah sakit di daerah Bekasi, akhirnya Ratna mengusulkan agar kakak iparnya dibawa ke sebuah rumah sakit di kawasan Jakarta Pusat.
"Kebetulan kakakku dulu perawatannya di sana. Kami bawa naik mobil pribadi. Ya udah, akhirnya pasien dalam kondisi kritis seperti itu kami bawa ke mobil, dipangku," kata Ratna.
Sesampainya di rumah sakit itu, ternyata kondisi ruang IGD juga penuh. Pada pukul 19.30 WIB, Ratna akhirnya berhasil mendapatkan satu bed untuk kakak iparnya.
"Tapi baru dipasang oksigen doang. Belum ada dokter yang megang," ujar Ratna.
"Sekitar jam 22.00-an baru ada beberapa nakes yang coba pasang kateter, terus pasang oksigen. Kebetulan kakakku ada luka di leher, bekas (terapi) sinar, itu dibersihkan," kata dia.
Saat itu, Ratna masih terus berusaha menghubungi teman-temannya dengan harapan bisa membantu kakak iparnya agar bisa mendapat kamar perawatan di rumah sakit itu. Akan tetapi, hasilnya nihil.
Akhirnya, pada pukul 23.00 WIB kakak ipar Ratna masuk ke ruang resusitasi di IGD, yang dikhususkan untuk pasien dalam kondisi tidak sadar.
Di rumah sakit, kondisi kakaknya terus menurun. Pada Rabu (6/1/2021) sekitar pukul 15.00 WIB, dokter mengatakan bahwa kakak iparnya telah meninggal dunia.
"Dokter bilang ini sudah (meninggal), terus mesin di sampingnya juga sudah garis lurus. Saya ya sudahlah, itu yang terbaik," kata Ratna.
Ratna mengatakan, dari pengalaman yang telah ia lalui, kesulitan mendapatkan kamar rumah sakit bagi pasien non Covid-19 di saat pandemi ini adalah hal yang nyata.
"Ini enggak main-main. Kalau kamu belum ngalamin, kamu masih bisa abai," ujar Ratna.
Dia mengungkapkan, kematian kakak iparnya sempat membuatnya merasa tidak berdaya, dan berharap bisa berbuat lebih untuk menyelamatkannya. "Perasaan enggak berdaya itu enggak bisa saya lepaskan," kata Ratna.(Jaisy Rahman Tohir /Tribun Jakarta/Jawahir Gustav Rizal/Kompas.com)
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Miris, Pasien Covid-19 Meninggal di Puskesmas Tangsel: 2 Hari Kritis Tak Dapat Ruang ICU