Virus Corona
WHO: Kalau Saja 95 Persen Orang Pakai Masker, Lockdown Bisa Dihindari
Lockdown atau penguncian untuk menanggulangi penularan wabah Covid-19 sebenarnya dapat dihindari.
Italia mencatat 753 kematian pada Rabu, penambahan harian tertinggi sejak gelombang pertama.
Polandia melaporkan rekor jumlah kematian untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis, dengan 637 tercatat.
Ada lebih dari 29.000 kematian akibat virus korona di wilayah itu minggu lalu, dapat diartikan satu orang meninggal setiap 17 detik, kata Kluge.
Kematian akibat Covid-19 naik 18 persen di Eropa selama dua minggu terakhir, dengan 4.500 nyawa hilang setiap hari, tambahnya.
Kondisi ini mengarah pada tanda-tanda sistem kesehatan yang kewalahan, dimana bangsal perawatan intensif di Prancis melebihi kapasitas 95 persen selama 10 hari berturut-turut.
Bahkan unit perawatan intensif di Swiss kapasitasnya penuh.
Namun Kluge mengatakan pembatasan yang dilakukan di seluruh benua saat ini berdampak pada turunnya penambahan kasus baru, dari 2 juta menjadi 1,8 juta pekan lalu.
"Ini sinyal kecil, tapi bagaimanapun juga itu adalah sinyal," katanya.
"Saya mendorong sistem tingkat berdasarkan tingkat keseriusan dalam transmisi komunitas, dengan serangkaian tindakan proporsional yang dapat dipertimbangkan di bawah masing-masing," katanya.
Baca juga: Gubernur Tokyo Jepang Perkenalkan Itsutsunoko, 5 Pedoman Antisipasi Corona
Baca juga: Unicef: Cakupan Penerima Vaksin Covid-19 Harus Luas untuk Mendapatkan Kekebalan Kelompok

"Virus berkembang biak pada yang rentan, pada keraguan, pada keputusan pemerintah yang terlambat," tambah Kluge.
Kluge mengatakan negara-negara harus memastikan pembelajaran yang aman.
Saat ini sebagian besar negara Eropa tetap membuka sekolah walau di tengah masa lockdown.
Anak-anak tidak dianggap sebagai faktor utama penularan virus corona.
Dia mengatakan bahwa kabar baik tentang dua vaksin mewakili "cakrawala baru."
"Meskipun vaksin tidak akan menghentikan Covid-19 sepenuhnya, dan tidak menjawab semua pertanyaan kami, vaksin itu mewakili harapan besar dalam perang melawan virus ini," katanya.
Namun dia mengingatkan bahwa vaksin "bukan peluru perak" karena pasokan dan distribusinya akan dibatasi, terutama di masa awal pembagian.
"Kami tahu bahwa vaksin akan terlambat untuk musim dingin, jadi kami benar-benar harus tetap bersatu, dan menerapkan langkah-langkah jangka panjang yang kami tahu berhasil," kata Kluge.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)