Virus Corona
Alasan Penolakan Vaksin Covid-19 di Masyarakat Soal Keamanan
dari hasil survei nasional itu masih ada masyarakat Indonesia yang menolak vaksinasi terbanyak dengan alasan aspek keamanan vaksin Covid-19.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Hasil survei Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) dengan dukungan UNICEF dan WHO, menyatakan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia bersedia menerima vaksin Covid-19.
Meski demikian, dari hasil survei nasional itu masih ada masyarakat Indonesia yang menolak vaksinasi terbanyak dengan alasan aspek keamanan vaksin Covid-19.
Dikutip dari hasil survei tersebut pada Rabu (18/11/2020), responden mengungkapkan kekhawatiran terhadap keamanan dan keefektifan vaksin, menyatakan ketidakpercayaan terhadap vaksin, dan mempersoalkan kehalalan vaksin.
Alasan penolakan vaksin COVID-19 paling umum adalah terkait dengan keamanan vaksin (30%); keraguan terhadap efektifitas vaksin (22%); ketidakpercayaan terhadap vaksin (13%); kekhawatiran adanya efek samping seperti demam dan nyeri (12%); dan alasan keagamaan (8%).
Berikut beberapa kutipan responden tersebut :
"Kami tidak tahu efek samping vaksin atau apakah vaksin tersebut efisien." – Responden.
"Vaksin perlu diuji selama minimal setahun dan penelitiannya dilakukan selama 10 tahun. Sejak bayi, saya tidak pernah diimunisasi. Saya menolak divaksin. Saya rasa vaksin akan lebih efektif untuk lansia." – Responden
"Jika ada efek samping, tidak akan ada pihak yang mau menanggung biaya pengobatannya." – Responden.
Selain itu, keraguan muncul dari responden yang takut jarum suntik dan yang pernah mengalami efek samping setelah diimunisasi.
Beberapa responden mempertanyakan proses uji klinis *Pemerintah Pastikan Vaksin Covid-19 Aman*
Survei nasional itu berlangsung pada 19-30 September 2020 dengan tujuan untuk memahami pandangan, persepsi, serta perhatian masyarakat tentang vaksinasi Covid-19.
Baca juga: Ada 75 Bahasa, Satgas Covid-19 Harap Perubahan Perilaku Menjadi Lebih Efektif di Daerah
Pada pelaksanannya, survei tersebut mengumpulkan tanggapan lebih dari 115.000 orang, dari 34 provinsi yang mencakup 508 kabupaten/kota atau 99 persen dari seluruh kabupaten/kota.
Hasil survei menunjukkan, tingkat penerimaan berbeda-beda di setiap provinsi, hal ini dilatar belakangi oleh status ekonomi, keyakinan agama, status pendidikan serta wilayah.
Pada kelompok masyarakat dengan informasi yang lebih banyak seputar vaksin misalnya, mereka cenderung akan menerima pemberian vaksin Covid-19.
Hal yang sama juga terjadi pada responden dengan kepemilikan asuransi kesehatan, sebagian besar dari mereka lebih mungkin menerima vaksin virus Corona. Ini menegaskan bahwa saat ini masih dibutuhkan informasi yang akurat tentang vaksin COVID-19.