Virus Corona
Hadapi Musim Dingin, Inggris Siapkan Alat Tes Covid-19 yang Bisa Deteksi Virus Hanya 90 Menit
Tes baru yang mendeteksi COVID-19 dalam 90 menit akan diluncurkan minggu depan di Inggris.
Penulis:
Inza Maliana
Editor:
Sri Juliati
Itu terjadi ketika pemerintah bersiap untuk mengadakan pertemuan dengan penyedia perawatan di rumah yang tidak dapat mengakses pengujian reguler.
Pekan lalu, dua perusahaan perawatan besar di Inggris tidak dapat mengakses pengujian rutin karena masalah dengan pemasok pemerintah.

Baca: Update Corona Global 3 Agustus Siang: Pasien Sembuh AS 2,3 Juta, Brasil 1,8 Juta, India 1,1 Juta
"Dengan infeksi meningkat, terus terang menteri lalai gagal memenuhi janji mereka untuk secara teratur menguji warga rumah perawatan dan staf," tutur Jonathan Ashworth, Anggota Parlemen Britania Raya.
Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial bersikeras mengirim ribuan alat tes ke rumah perawatan.
Tetapi, mereka mengakui masalah pemasok telah membuat pengiriman tersebut mengalami penundaan.
Para menteri berharap tidak ada pelatihan klinis yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin uji cepat baru ini.
Sebab, akan memungkinkan untuk digunakan dalam rangkaian pengaturan yang lebih luas.
Boris Johnson Tunda Relaksasi Lockdown
Perdana Menteri Inggri, Boris Johnson, meminta maaf atas keputusan pemerintah menunda relaksasi lockdown Covid-19.
Johnson mengumumkan penundaan ini karena melihat indikator peningkatan jumlah kasus harian Covid-19 di Inggris.
"Saya tahu langkah-langkah yang kami ambil ini menjadi pukulan besar bagi banyak orang."
"Saya benar-benar minta maaf soal ini tapi kami tidak dapat mengambil risiko," kata Johnson.
Adapun penghentian relaksasi lockdown dan penerapan pembatasan yang lebih ketat di Inggris bagian utara, merupakan kemunduran besar bagi negara ini dalam merintis jalan ke luar dari lockdown.
Menurut Johnson, penyebaran virus Corona ini semakin cepat di Amerika Latin dan Asia.
Sementara benua Eropa mengalami kesulitan untuk mengontrol agar tidak terjadi peningkatan kasus baru.
(Tribunnews.com/Maliana)