Virus Corona
Covid-19 Berpotensi Sebabkan Gangguan Otak, Penelitian Ungkap Pasien Halusinasi hingga Otak Bengkak
Baru-baru ini sebuah studi mengungkapkan bahwa gangguan otak merupakan salah satu gejala Covid-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
TRIBUNNEWS.COM - Baru-baru ini sebuah studi mengungkapkan bahwa gangguan otak merupakan salah satu gejala Covid-19, penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2.
Bahkan potensi mengalami gangguan pada otak ini juga mungkin terjadi pada pasien Covid-19 yang tidak parah.
Para peneliti di University College London (UCL) dalam penelitiannya mengatakan Covid-19 dapat menyebabkan komplikasi neurologis termasuk stroke, kerusakan saraf, dan radang otak yang berpotensi fatal.
Hal ini terjadi bahkan jika pasien tidak mengalami gejala pernapasan akut.
Dikutip dari Forbes, penelitian yang diterbitkan di jurnal Brain pada 8 Juli lalu melaporkan hasil pengamatan pada 40 pasien Covid-19 di Inggris.
Baca: Habiskan 22 Jam Per Hari untuk Main Game, Bocah 15 Tahun Ini Stroke Otak dan Lengannya Lumpuh
Baca: Ilmuwan Peringatkan Adanya Kemungkinan Gelombang Kerusakan Otak Terkait Covid-19

Dari ke-40 pasien dewasa itu, semuanya menunjukkan gejala penyakit otak.
Pasien-pasien dengan gejala Covid-19 ringan seperti demam dan sedikit kesulitan bernapas, mengalami gejala neurologis.
Seorang wanita berusia 55 tahun yang tidak memiliki penyakit mental dirawat di rumah sakit dengan gejala Covid-19.
Dia mengalami termasuk demam, batuk, dan nyeri otot.
Setelah dua minggu menjalani perawatan, wanita ini lantas dipulangkan dengan berbekal oksigen untuk membantu pernapasannya.
Namun empat hari setelahnya, suami wanita itu melaporkan bahwa istrinya bertindak aneh.
Menurut pengakuan sang suami, istrinya berhalusinasi melihat singa dan monyet di rumahnya.
Baca: TKW di Malaysia Alami Kelumpuhan Akibat Kecelakaan, Stroke 8 Bulan, Kini Telah Meninggal Dunia
Baca: Ada Sejumlah Pihak yang Menganggap Covid-19 Konspirasi dan Rekayasa
Dia juga kerap berdelusi dan agresif dengan keluarga dan staf medis yang merawatnya.
Setelah itu, pasien Covid-19 tersebut dirawat dan diberi obat anti-psikotik hingga gejalanya mulai membaik selama tiga minggu.
Penelitian itu tidak mengungkapkan apakah wanita tersebut pulih sepenuhnya dari gangguan otak itu.