Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Bagaimana Dampak Baik dan Buruknya Penerapan New Normal bagi Masyarakat? Berikut Penjelasannya

Bagaimana Dampak Baik dan Buruknya Penerapan New Normal bagi Masyarakat? Berikut Penjelasannya!

Penulis: Lanny Latifah
Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
Covid-19 

TRIBUNNEWS.COM - Bagaimana dampak baik dan buruknya new normal bagi masyarakat?

Kepala Rumah Sakit UNS dan sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), Hartono, memberikan tanggapannya terkait dampak dari penerapan new normal bagi masyarakat.

"Terkait new normal itu nantinya akan seperti apa, belum tau persis, karena yang digambarkan itu persepsinya masih macam-macam."

"Pandemi Covid-19 ini skenarionya ada tiga, yakni pertama, segera mencapai puncak kemudian segera selesai. Kedua, puncak dan selesainya relatif lama. Ketiga, puncak relatif lama dan tidak pernah selesai."

"New normal ini merupakan skenario yang kedua dan ketiga atau bahkan lebih cenderung ketiga," ungkap Hartono, melalui sambungan telepon kepada Tribunnews.com, Sabtu (30/5/2020).

Baca: Penerapan New Normal, Pemerintah Diminta Tetap Bantu Warga Terdampak Covid-19

Baca: Menag Terbitkan Panduan di Rumah Ibadah Selama New Normal, WALUBI Pilih Sembahyang di Rumah

Jadi berasumsi bahwa pandemi Covid-19 ini misalnya mencapai puncak relatif lama atau tidak pernah selesai, sehingga masyarakat nantinya akan dituntut untuk menerapkan new normal.

"Apakah menguntungkan atau tidaknya pada masyarakat, otomatis ini tergantung pada persepsinya masing-masing," jelasnya.

Konsekuensi dari keberadaan Covid-19 yang belum ada obat atau vaksin akan mendorong masyarakat untuk melakukan pencegahan.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat ada dua cara, yakni mencegah virus masuk ke dalam tubuh atau meningkatkan daya tahan tubuh, jika seandainya terdapat virus yang masuk dia tidak akan sakit, namun jika sakit kemungkinan tidak parah atau ringan.

"Nah yang sekarang itu banyak dikampanyekan adalah mencegah jangan sampai virus itu masuk dengan cara physical distancing," kata Hartono.

Warga melakukan pemesanan tiket kereta api di Stasiun Gambir, Jakarta, Minggu (31/5/2020). PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam tatanan normal baru (new normal) menyatakan loket hanya difungsikan untuk pembelian tiket tiga jam sebelum jadwal keberangkatan dan pemesanan tiket hanya dapat dilakukan secara online dengan tujuan untuk untuk mengurangi kontak fisik dan menerapkan protokol kesehatan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Warga melakukan pemesanan tiket kereta api di Stasiun Gambir, Jakarta, Minggu (31/5/2020). PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam tatanan normal baru (new normal) menyatakan loket hanya difungsikan untuk pembelian tiket tiga jam sebelum jadwal keberangkatan dan pemesanan tiket hanya dapat dilakukan secara online dengan tujuan untuk untuk mengurangi kontak fisik dan menerapkan protokol kesehatan. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Jadi, new normal adalah bagaimana nantinya masyarakat bisa menjalankan aktivitas normal, tetapi masih mengimplementasikan prinsip "physical distancing" seperti memakai masker, rajin mencuci tangan, menerapkan etika batuk dan sebagainya.

"Artinya nanti akan terjadi perubahan gaya hidup, karena begitu kita membahas "physical distancing" yang diimplementasikan ke masyarakat itu konsekuensinya akan menyebar ke sosial, politik, ekonomi, kehidupan beragama, dan hampir semuanya,"

"Jika dikatakan menguntungkan nantinya akan tergantung masyarakat itu sendiri, yang terkena dampak ekonomi ya berat, sosial budaya ya ini juga berat, tetapi apapun itu yang pasti dengan keberadaan Covid-19 kita akan tetap dituntut untuk physical distancing dan mau tidak mau akan merubah perilaku, gaya hidup, sosial, dan sebagainya pada masyarakat," lanjutnya.

Nah bagaimana masyarakat bisa beradaptasi menyesuaikan hidup berdampingan dengan Covid-19?

Sebelumnya, harus ada edukasi, komunikasi, atau informasi kepada masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masing-masing.

"Dengan adanya protokol dari Pemerintah melalui Kemenkes akan membantu mengarahkan masyarakat, meskipun ada Covid-19 kita masih bisa menjalankan aktivitas atau kehidupan normal dengan tatanan baru," ujar Hartono.

Baca: Rekomendasi Ketua IDI untuk Pemerintah, new normal Berlaku Jika Penambahan Kasus di Bawah 1 Persen

Baca: Tombol Lift di Bandara Soekarno-Hatta Bisa Ditekan Pakai Kaki Saat new normal

Baca: Indonesia Bersiap new normal, Ini Tempat yang Paling Berisiko Tertular Corona & Cara Pencegahannya

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved