Sabtu, 4 Oktober 2025

Virus Corona

Said Iqbal Sebut Istilah New Normal Buat Bingung Buruh dan Rakyat Kecil

Said Iqbal, menilai istilah new normal atau kenormalan baru yang sedang dipersiapkan pemerintah membingungkan para buruh dan masyarakat kecil.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS/ILHAM RIAN PRATAMA
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, menilai istilah new normal atau kenormalan baru yang sedang dipersiapkan pemerintah membingungkan para buruh dan masyarakat kecil.

Dia menyarankan pemerintah tidak menggunakan istilah “new normal”, tetapi tetap menggunakan istilah physical distancing yang terukur.

Misalnya, untuk kalangan buruh yang bekerja di perusahaan diliburkan bergilir, untuk mengurangi keramaian di tempat kerja.

"Dengan jumlah orang keluar rumah untuk bekerja berkurang, maka physical distancing lebih mudah dijalankan. Inilah yang terukur. Sehingga disamping panyebaran pandemic corona bisa ditekan, ekonomi bisa tetap bergerak dan tumbuh,” ujar Said Iqbal, Jumat (29/5/2020).

Baca: 3 Warga Lenteng Agung Bisa Kembali dari Kampung Tanpa SIKM, Lurah Bingung: Kok Bisa?

Dia menilai istilah new normal bisa membingungkan para buruh dan masyarakat kecil di Indonesia.

Sebab jika diberi sedikit kelonggaran, yang terjadi di masyarakat justru akan semakin banyak yang dikerjakan.

Akhirnya hal ini justru kembali meningkatkan jumlah masyarakat yang postitif terpapar Covid-19.

Dia mengungkapkan kebijakan new normal tidak tepat.

Baca: Maruf: Pelayanan Publik yang Optimal Cermin Keberhasilan Reformasi Birokrasi

Setidaknya ada lima fakta berikut yang menjadi alasan.

Fakta pertama, jumlah orang yang positif corona masih terus meningkat.

Bahkan pertambahan orang yang positif, setiap hari jumlahnya masih mencapai ratusan.

Fakta kedua, sejumlah buruh yang tetap bekerja akhirnya positif terpapar corona.

Fakta ketiga, saat ini sudah banyak pabrik yang merumahkan dan melakukan PHK akibat bahan baku material impor makin menipis dan bahkan tidak ada.

Seperti yang terjadi di industri tekstil, bahan baku kapas makin menipis.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved