Jumat, 3 Oktober 2025

Virus Corona

Kenapa Kasus Covid-19 di Jepang Lebih Rendah Dibanding Negara Maju Lain?

Prediksi awal Jepang bakal jadi lahan subur bagi penyebaran pandemi merujuk pada banyaknya lansia

Andolu New Agency
Ilustrasi Virus Corona 

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jepang tadinya diprediksi menjadi 'lumbung' kasus covid-19 sejak pandemi itu merebak pada Januari silam.

Namun nyatanya, tak seperti kebanyakan negara maju lainnya, kasus covid-19 Jepang masih lebih rendah ketimbang Italia, Spanyol, atau bahkan Amerika Serikat.

Prediksi Jepang bakal jadi lahan subur bagi penyebaran pandemi merujuk pada banyaknya lansia dan status sebagai satu di antara kota terpadat di dunia.

Baca: Pegulat Profesional Sumo Jepang Shobushi Meninggal di Usia 28 Tahun karena Terinfeksi Virus Corona

Sibuk dan penuhnya kereta komuter Tokyo juga sempat memicu kekhawatiran ibu kota Jepang akan menjadi "New York berikutnya" dalam hal dampak Covid-19.

Baca: Sempat Muntah Darah, Pesumo 28 Tahun Meninggal Seusai Terinfeksi Covid-19

Namun negara berpenduduk 126 juta orang ini mencatatkan 16.024 kasus dengan 668 kematian, menurut data Kementerian Kesehatan pada Kamis (14/5/2020).

Di balik keberhasilan Negeri "Sakura" menangani wabah Covid-19 ini, sepertinya ada misteri yang masih tersimpan.

Angka kasus di Jepang tersebut jauh di bawah negara-negara maju lainnya, bahkan sempat mengundang kecurigaan pihak berwenang tidak membeberkan gambaran lengkap.

Baca: Tingkat Bunuh Diri di Jepang Turun 20 Persen pada April 2020

Mengenakan masker, melepas sepatu, membungkuk tidak berjabat tangan, tingkat obesitas yang rendah, bahkan mengonsumsi makanan tertentu dinilai sebagai budaya yang turut membantu memperlambat penyebaran Covid-19 di Jepang.

Dengan jumlah kasus baru menurun dalam beberapa pekan terakhir, Perdana Menteri Shinzo Abe akan mengumumkan pencabutan keadaan darurat nasional virus corona pada sebagian besar wilayah pada Kamis malam (14/5/2020).

Akan tetapi di balik narasi kesuksesan ini, para kritikus mengkhawatirkan rendahnya jumlah kasus lantaran tingkat pengujian yang relatif rendah.

Pada 11 Mei Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan telah ada 218.204 tes virus corona, yang merupakan tingkat per kapita terendah di G7 menurut Worldometers.

Bahkan Shigeru Omi pakar virus corona di pemerintahan Jepang sendiri, mengaku "tidak ada yang tahu" apakah jumlah kasus virus corona di Jepang sebenarnya "bisa 10 kali, 12 kali, atau 20 kali lebih banyak dari yang dilaporkan."

Ryuji Koike asisten direktur Rumah Sakit Universitas Medis dan Kedokteran Gigi Tokyo mengatakan kepada AFP, sementara Jepang memiliki tingkat kematian dan infeksi yang lebih rendah dari banyak negara, "bukan berarti kita baik-baik saja."

Ia menambahkan, "Saya tidak berpikir (penurunan kasus) disebabkan oleh kebijakan pemerintah. Saya pikir sepertinya Jepang baik-baik saja berkat hal-hal yang tidak dapat diukur, hal-hal seperti kebiasaan sehari-hari dan perilaku orang Jepang" - seperti menjaga kebersihan dan tidak berjabat tangan.

Namun Kazuto Suzuki profesor kebijakan publik di Universitas Hokkaido mengatakan, strategi Jepang dalam melacak kelompok dan hanya menguji orang dengan gejala akut terbukti cukup untuk jumlah kasus yang relatif rendah.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved