Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

Ingatkan Pemerintah Hati-hati Cetak Uang Baru, Bisa Dorong Inflasi yang Tinggi 

Syarief beralasan pencetakan uang baru justru dapat mendorong inflasi dan masyarakat kehilangan daya belinya.

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Petugas menata tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia (BNI) Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, Selasa (22/10/2013). BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. (TRIBUNNEWS/HERUDIN) 

Mengingat, dalam situasi global yang ekonominya slowing down, tidak mudah mencari sumber sumber pembiayaan, meskipun dengan menerbitkan global bond dengan bunga besar.

“Bank Indonesia dapat menawarkan yield sebesar 2-2,5 persen, sedikit lebih rendah dari global bond yang dijual oleh pemerintah,” ujar Said.

Baca: Turis Inggris Ini Jatuhkan Istrinya dari Lantai Tujuh karena Stres dengan Lockdown

Kebijakan mencetak uang sebagaimana yang dimaksud sebelumnya, menurut  Said harus memperhitungkan biaya operasi moneter Bank Indonesia.

Sehingga biaya tersebut tidak boleh dibebankan kepada Pemerintah.

“Oleh sebab itu, besaran yieldnya tidak boleh lebih rendah dari biaya operasi moneter Bank Indonesia, agar tidak menimbulkan kerugian bagi Bank Indonesia, serta tidak menyebabkan modal Bank Indonesia lebih rendah 10 persen dari kewajiban moneternya,” jelas Said.

Adapun kebijakan mencetak uang nantinya, juga perlu memperhitungkan dampak inflasi yang ditimbulkan, sekaligus tekanan kurs terhadap rupiah.

“Demikian pokok-pokok rekomendasi kami, kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan Bank Indonesia dan pemerintah sebagai jalan pemulihan program ekonomi nasional,” kata Said Abdullah. 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved