Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

PMI Galakkan Peran Sibat Untuk Putus Mata Rantai Virus Corona di Lingkungan

"Di perkotaan kami mengandalkan media sosial, WhatsApp groups, tapi kalau di pedesaan berbeda," kata Dewi Ariyani

Penulis: Larasati Dyah Utami
Dok. PMI
PMI menggalakkan peran aktif masyarakat melalui gerakan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) dalam upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Larasati Dyah Utami

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Palang Merah Indonesia (PMI) menggalakkan peran aktif masyarakat melalui gerakan Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) dalam upaya memutus mata rantai wabah virus corona atau Covid-19.

Informasi pencegahan Covid-19 akan efektif tersebar melalui relawan binaan PMI ini yang menggaungkan anjuran agar masyarakat rutin mencuci tangan, menjaga jarak, diam di rumah serta bermasker saat di luar supaya terhindar dari Covid-19.

Baca: Bamsoet: Peran Masyarakat Kunci Pemulihan Kehidupan dan Ekonomi Akibat Dampak Wabah Covid-19

"Di perkotaan kami mengandalkan media sosial, WhatsApp groups, tapi kalau di pedesaan berbeda," kata Dewi Ariyani, Staf Divisi Kesehatan PMI, Kamis (23/4/2020).

Dewi melanjutkan, berbagai cara penyampaian digunakan agar pesan promosi kesehatan (Promkes) ini dipahami masyarakat melalui media maupun mengandalkan relawan Sibat.

Pengetahuan para relawan Sibat terhadap karakteristik lingkungan mereka menjadi nilai lebih dalam penyaluran informasi pencegahan Covid-19 di masyarakat.

"Seperti di Boyolali, Sibat-nya Karang Taruna rajin bersosialisasi, karena dia kenal lingkungannya, tahu karakternya, si A mungkin beda dengan cara mendekati si B, nah itu yang perlu didorong," lanjutnya.

Tak jarang relawan mengandalkan kreatifitasnya dalam menyampaikan informasi, seperti misalnya dengan menggunakan gerobak berkeliling kampung hingga menggunakan pengeras suara atau TOA.

"Banyak contoh, di daerah ada yang keliling kampung pakai mobil, motor, pikap seperti prinsip woro-woro untuk imunisasi. Jadi banyak modifikasi," lanjutnya.

Para relawan tetap menjalankan protokol kesehatan seperti menggunakan masker saat menjalankan misinya.

Kurang pahamnya masyarakat terhadap informasi Covid-19 tak jarang berakibat buruk terhadap lingkungan, satu diantaranya stigmatisasi sosial terhadap warga yang bergejala mirip Covid-19.

Hal itu mengakibatkan warga cenderung mengucilkan alih-alih membantu warganya yang diduga terpapar Covid-19.

"Orang baru batuk sedikit, pilek sedikit sudah disangka covid-19, itu malah bahaya. Akibatnya orang takut dikucilkan atau diusir, kalau dia ternyata adalah mahasiswa ngekos, ngontrak di lingkungan itu jadi dia sembunyikan, itu bahaya stigma sosial," katanya.

Stigmatisasi sosial tak seharusnya terjadi terhadap pasien atau terduga positif Covid-19.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved