Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Peneliti Inggris Perkirakan Wabah Virus Corona Ada di China Sejak September 2019

Para peneliti di Inggris memperkirakan wabah Covid-19 ditemukan pertama kali di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Tengah pada awal September 2020.

Penulis: Inza Maliana
Editor: bunga pradipta p
Andolu New Agency
Ilustrasi Virus Corona 

TRIBUNNEWS.COM - Para peneliti di Inggris memperkirakan wabah virus corona (Covid-19)  pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China Tengah pada awal September 2019.

Tim peneliti yang dipimpin oleh University of Cambridge itu mengatakan wabah corona mungkin pertama kali ditemukan lebih jauh ke selatan dari pusat Kota Wuhan.

Para peneliti menyelidiki asal virus dengan menganalisis sejumlah sample dari seluruh dunia dan menghitung wabah awal yang terjadi antara 13 September dan 7 Desember.

"Virus ini mungkin telah bermutasi menjadi bentuk aslinya menjadi 'manusia baru' berbulan-bulan yang lalu."

"Tetapi tetap berada di dalam tubuh kelelawar atau hewan lain atau bahkan manusia selama beberapa bulan tanpa menulari orang lain," kata ahli genetika Universitas Cambridge, Peter Forster, Kamis (16/4/2020), mengutip dari SCMP.

Satu botol obat Remdesivir terletak saat konferensi pers tentang dimulainya penelitian obat Ebola Remdesivir pada pasien yang sakit parah di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman utara pada 8 April 2020
Satu botol obat Remdesivir terletak saat konferensi pers tentang dimulainya penelitian obat Ebola Remdesivir pada pasien yang sakit parah di Rumah Sakit Universitas Eppendorf (UKE) di Hamburg, Jerman utara pada 8 April 2020 (Ulrich Perrey / POOL / AFP)

Baca: Peneliti Jerman Ungkap Alasan Covid-19 Mudah Menular: Virus Bertumbuh Cepat di Tenggorokan

"Kemudian, ia mulai menginfeksi dan menyebar ke manusia antara 13 September dan 7 Desember, dengan menghasilkan jaringan yang kami tulis dalam jurnal Prosiding National Academy of Sciences (PNAS)," tambahnya.

Tim peneliti menganalisis sample menggunakan jaringan filogenetik.

Yakni sebuah algoritma matematika yang dapat memetakan pergerakan global organisme melalui mutasi gen mereka.

Hingga kini, tim peneliti masih berusaha untuk menentukan lokasi 'pasien nol'.

Mereka berharap mendapat bantuan dari para peneliti di China.

Sebab, beberapa tanda kasus awal merujuk pada daerah di selatan Wuhan, tempat infeksi virus corona pertama kali dilaporkan pada bulan Desember.

Seorang ahli biologi dari Eylau Unilabs Analysis Laboratories menunjukkan sampel untuk mendeteksi virus di drive penyaringan COVID-19 dekat Champs de Mars di Paris. Senin (6 April 2020). Pada 21 hari dari penguncian ketat (lockdown) di Prancis untuk menghentikan penyebaran COVID-19, yang disebabkan oleh coronavirus novel (SARS COV-2). (AFP/Ludovic MARIN)
Seorang ahli biologi dari Eylau Unilabs Analysis Laboratories menunjukkan sampel untuk mendeteksi virus di drive penyaringan COVID-19 dekat Champs de Mars di Paris. Senin (6 April 2020). Pada 21 hari dari penguncian ketat (lockdown) di Prancis untuk menghentikan penyebaran COVID-19, yang disebabkan oleh coronavirus novel (SARS COV-2). (AFP/Ludovic MARIN) (AFP/LUDOVIC MARIN)

"Apa yang kami rekonstruksi dalam jaringan adalah penyebaran signifikan pertama di antara manusia," kata Forster.

Forster meneliti studi barunya dibantu oleh rekan-rekan dari beberapa lembaga termasuk Institute of Forensic Genetics di Munster, Jerman.

Mereka memperluas basis data untuk menyertakan 1.001 sekuens genom penuh berkualitas tinggi yang dirilis oleh para peneliti di seluruh dunia.

Menurutnya, semakin banyak sample yang dianalisis, maka akan semakin 'tepat' mereka dapat melacak asal mula penyebaran virus global.

Baca: Peneliti Shanghai dan New York: Virus Covid-19 Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Seperti HIV

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved