Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Kemampuan Pemerintah Tangani Wabah Covid-19 Menentukan Pemulihan Ekonomi

Kebijakan pemerintah dalam menangani wabah covid-19 saat ini akan sangat menentukan langkah-langkah perbaikan ekonomi nasional ke depan.

Editor: Hasanudin Aco
Wartakota/Angga Bhagya Nugraha
Seorang warga melintasi deretan toko yang tutup di Pasar Baru, Jakarta Pusat, Jumat (3/4/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 akan turun menjadi 2,3 persen dan dalam skenario terburuk bahkan bisa mencapai -0,4 persen akibat dampak dari pandemi COVID-19. (Wartakota/Angga Bhagya Nugraha) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kebijakan pemerintah dalam menangani wabah covid-19 saat ini akan sangat menentukan langkah-langkah perbaikan ekonomi nasional ke depan.

Jika Semua perencanaan dan proses penanggulangan kesehatan berjalan dengan baik, dapat diperkirakan, akhir Mei atau awal Juni wabah covid-19 akan berakhir.

Jika wabah dan penularan Covid-19 bisa segera diakhiri, perekonomian nasional meski berat, namun dapat tumbuh hingga dua persen.

Agar ekonomi tumbuh positif, pemerintah harus dapat menjaga stabilitas ekonomi dengan melindungi seluruh sektor ekonomi. Tidak boleh sampai mematikan salah satu industri.

Apalagi jika industri tersebut sudah lama berdiri dan terbukti menyumbang dan menggerakan perekonomian daerah maupun nasional. Salah satu Industri yang tidak terpengaruh oleh wabah Covid 19 dunia, adalah industri pertanian dan perkebunan.

Termasuk Industri hasil tembakau yang dapat menggerakan perekonomian nasional di masa sulit seperti saat ini.

“Asumsinya pertama, covid ini selesai di bulan Mei. Kedua, kita juga berharap partner ekonomi kita yang dalam 2-3 tahun terakhir ini sangat dekat, yakni China juga pulih. Cina kan sudah mulai bergerak positif ekonominya, sehingga pemulihan dari segi sisi ekonomi mungkin bisa lebih cepat," papar Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur Prof Dr Chandra Fajri Ananda kepada pers di Jakarta, Rabu (15/4/2020).

Menurut dia, karena ekspor dan impor Indonesia  dengan Cina lumayan cukup besar maka posisi itu sebenarnya yang disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa pertumbuhan ekononomi nol hingga negatif persen jika semua aspek yang diharapkan tidak berjalan, yakni wabah dan penularan covid-19 panjang sementara aspek program penanggulangan kesehatan yang dilakukan sekarang tidak bekerja dengan baik.

"Jadi, kebijakan pemerintah untuk menangani covid ini akan sangat menentukan langkah-langkah berikutnya. Kalau tidak berjalan dengan baik maka akan semakin buruk (pertumuhan ekonominya). Angka minus itu ya realistis,”ujar Prof Dr Chandra Fajri Ananda.

Lebih lanjut Chandra Fajri Ananda menjelaskan, walaupun di awal April ini kita masih ragu-ragu karena pertambahan jumlah korban positif Covid-19 ditambah korban yang meninggal dunia Juga terus mengalami kenaikan.

Ditambah lagii eskalasi sebaran penduduk dari Jakarta ke daerah yang melakukan mudik agar bisa menjalankan ibadah puasa dan lebaran di kampung halamannya.

Konsekuensinya pencegahan penularan dan wabah Covid-19 baru akan selesai di bulan Mei cukup berat. Kecuali Pemerintah Daerah (Pemda) melakukan gerakan yang sama dengan pemerintah pusat.

“ Jadi (harusnya) ada masif test, orang ditest semuanya, atau minimal per hari orang di masing-masing daerah ada test semacam itu. Kalau itu dilakukan saya yakin pertumbuhan kita sekitar 2,3-2,4 masih bisa,” papar Chandra Fajri Ananda.

Prof Dr Chandra Fajri Ananda
Prof Dr Chandra Fajri Ananda (Tribunnews.com)

Pertumbuhan Satu Persen

Namun demikian, bila wabah dan penularan Covid-19 berkepanjangan kemungkinan kondisi ekonomi makin buruk. Perkiraannya tumbuh satu persen. karena itu kita perlu melihat perkembangan negara lain.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved