Virus Corona
Alasan Lockdown di Wuhan Dapat Efektif Cegah Penyebaran Virus Corona
Penelitian di Jerman menyebut lockdown di seluruh kota dan langkah esktrim lainnya yang diterapkan China untuk mengendalikan virus amat efektif.
Dalam rentan waktu itu, perbatasan ditutup, semua perjalanan memakai angkutan umum dan lewat udara, ditangguhkan.

Baca: Cerita Dokter di Wuhan Saat Melawan Pandemi Global Covid-19, Kerap Menangis karena Menolak Pasien
Jalanan di Kota Wuhan juga ditutup, pertemuan umum dilarang, dan mobilitas orang-orang dikendalikan secara ketat.
Akhirnya, aturan lockdown di Wuhan dicabut pada Rabu (8/4/2020) dini hari.
Menurut para peneliti, strategi lockdown yang diterapkan Wuhan berhasil melindungi sebagian besar penduduknya dari penyebaran infeksi corona.
Padahal, China merupakan satu di antara negara terpadat di dunia.
Mengutip dari worldometer, tercatat pada Senin (13/4/2020), China telah melaporkan terdapat 82.160 kasus virus corona yang terkonfirmasi.
Jika dibandingkan, Amerika Serikat, yang populasinya sekitar seperempat dari China, negara ini memiliki lebih dari 560.000 kasus yang terinfeksi.

Baca: Peneliti Shanghai dan New York: Virus Covid-19 Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Seperti HIV
Tim Jerman mengatakan, pelacakan kontak dari pasien positif dan langkah-langkah sosial distancing yang diterapkan di China ampuh untuk memperlambat penyebaran penyakit virus corona.
Hal itu lantaran orang yang terinfeksi dan tidak terinfeksi memiliki batasan agar tidak berkontak dekat.
"Jika seseorang menginfeksi rata-rata tiga orang lagi, tetapi masing-masing hanya dua orang."
"Kemudian masing-masing hanya satu orang, wabah itu tumbuh lebih lambat."
"Kami menyebutnya sub-eksponensial," ujar Benjamin Maier.
Sementara itu, Brockmann mengatakan, pelambatan serupa juga terjadi di sejumlah negara lain, seperti Italia.
Menurutnya, menargetkan populasi yang rentan terpapar virus dan mendorong perubahan perilaku agar tetap disiplin melakukan sosical distancing telah terbukti efektif dalam mengatasi epidemi.

Terutama dalam situasi di mana orang tanpa gejala (OTG) dapat menyebarkan penularan, kata penelitian tersebut.