Achmad Yurianto Apresiasi Daerah yang Siapkan Rumah Isolasi Bersama Bagi Warganya
Juru bicara pemerintah untuk virus corona, Achmad Yurianto amat mengapresiasi inisiatif dari daerah yang membuat rumah isolasi bagi wargannya.
TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto amat mengapresiasi inisiatif dari daerah yang membuat rumah isolasi bagi warganya.
Meski begitu ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Di antaranya tempat tidur untuk istirahat yang layak dan tetap menerapkan physical distancing di dalam ruangan.
Termasuk juga standar untuk kebutuhan dasar manusia (seperti MCK -red) yang memenuhi.
"Inisiatif daerah boleh mengumpulkan mereka dalam satu tempat."
"Asal bisa istirahat dengan baik, dibatasi jarak, dan sarana dasar kebutuhan manusia terpenuhi," kata Yurianto dalam konferensi persnya, melansir dari tayangan Youtube BNPB, Senin (6/5/2020).

Selain itu, Yuri juga mengimbau bila ada isolasi kelompok, maka penting untuk membuat suasana yang menggembirakan.
"Karena kalau isolasi kelompok menimbukan kesedihan, maka bisa menurunkan imunitas," ujar Yuri di Gedung Graha BNPB.
Untuk itu, perlunya perasaan bahagia saat isolasi, agar kesehatan pasien bisa semakin membaik.
"Harus senang, perasaan gembira sangat mempengaruhi perbaikan status imunitasnya."
"Kalau imunitas turun, penyakitnya bisa semakin parah," ungkap dia.
Oleh karena itu, pihaknya amat mengapresiasi adanya daerah yang berpartisipasi penuh untuk mencegah penularan Covid-19.
"Kita apesiasi bentuk partisipasi masyarakat yang sangat luar biasa."
"Karena pemerintah menyadari Covid-19 masalah bersama, adanya bentuk masyarakat seperti itu kami sangat mengapresiasi," terangnya.

Selain dari masyarakat yang menyediakan rumah isolasi bersama, Yuri juga mendapat cerita dari perkumpulan ibu-ibu PKK yang memproduksi masker kain.
Produksi tersebut dibiayai oleh inisiatif bersama dan juga bantuan dari dana desa.
Menurut Yuri, ibu-ibu PKK membeli mesin jahit dan kain untuk dibuat masker dan dibagikan kepada masyarakat yang ada disana.
"Saya juga mendapat cerita baik dari ibu-ibu PKK bersama-sama menjahit masker kain."
"Lalu maskernya dibagikan ke masyarakat dan itu luar biasa bagi saya," imbuh Yuri.
Baca: Cerita Pilu Petugas Medis di Italia, Trauma akibat Kematian Rekan Kerja dan Takut Tularkan Keluarga
Baca: Kabar Baik Dunia, Italia Catat Kematian Harian Akibat Corona Terendah dalam Dua Minggu Terakhir
Pedoman isolasi diri dari pemerintah
Selain itu, Yuri juga menjawab tentang cara isolasi diri yang kerap kali membingungkan.
Menurut Yuri, yang dimaksud dengan isolasi diri bukan berarti mengasingkan diri secara sosial.
Akan tetapi isolasi diri yang bersifat menjaga jarak secara fisik.
"Isolasi diri tidak dimaknai mengasingkan diri. Ini yang beda. Karena isolasi ini sifatnya isolasi fisik."
"Bukan isolasi sosial yang kemudian dikucilkan, diasingkan. Tidak begitu," terang Yuri.
Sementara itu, Yuri menjelaskan pedoman yang harus diperhatikan masyarakat saat melakukan isolasi diri.
Pertama, isolasi diri dilakukan untuk menjaga kontak fisik dengan orang lain.

"Kita tahu bahwa penyakit Covid-19 menular lewat droplet percikan ludah yang kecil."
"Itu keluar dari orang sakit saat dia batuk, bersin dan bicara," jelasnya.
Untuk itu jika ingin aman dari potensi percikan droplet, maka harus menjaga jarak paling tidak 1,5 meter saat melakukan interaksi sosial.
"Artinya, kalau tak mau terpapar ini mestinya lebih dari 1,5 meter. Ya paling gampang 2 meter. Sehingga itulah yang menjadi (acuan) jarak, " lanjut Yuri.
Kedua, masyarakat harus memakai masker, tujuanya, agar droplet tertahan di dalam masker.
Yuri juga menuturkan masker jenis apapun boleh dipakai.
"Itu yang jadi acuan mutlak ya. Jadi bukan berarti saya tidak boleh ketemu saudara saya, atau tidak boleh bertemu orangtua saya atau tidak boleh bicara sama anak saya."
"Tidak begitu. Jadi tetap kontak sosial ada tetapi jaraknya yang diatur. Ini menjadi kunci," pungkas Yuri.
(Tribunnews.com/Maliana)