Senin, 29 September 2025

Harga Saham BBCA Menguat 2 Hari Beruntun Pasca Public Expose, Sudah Tembus Level Rp 8.000 

BBCA memiliki ketahanan di tengah probabilitas perlambatan kredit dan biaya atas kredit atau pencadangan.

Penulis: Sanusi
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PERGERAKAN IHSG - Pekerja memotret layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. Saham BBCA memiliki ketahanan di tengah probabilitas perlambatan kredit dan biaya atas kredit atau pencadangan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasca menggelar Public Expose (Pubex) pekan lalu, harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) rebound dan kembali ke level Rp8.000 di awal pekan. Pelaku pasar pun optimistis prospek BBCA di sisa tahun 2025 akan tetap positif. 

Harga saham BBCA konsisten berada di zona hijau setelah manajemen BBCA menggelar Pubex pada Kamis (11/9).

Harga saham ditutup menguat 0,64 persen ke Rp7.850 pada hari tersebut, dan lanjut menguat di hari terakhir perdagangan pekan lalu. 

Setelah naik 0,96% ke Rp7.925 pada Jumat (12/9), saham BBCA lanjut naik di awal pekan Senin (15/9). 

Baca juga: Menkeu Purbaya Janji Dana Rp200 Triliun Dikucurkan Hari Ini, Saham Bank Himbara Melonjak Kecuali BNI

Setelah 30 menit perdagangan dibuka, harga saham BBCA menguat 1,58% ke Rp8.050. 

Bank dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Indonesia yaitu Bank Central Asia (BBCA) belum lama ini menggelar Public Expose (Pubex). 

Manajemen BBCA menjelaskan kondisi bank yang kuat didukung dengan pertumbuhan dana murah dan likuiditas yang ample. 

Dalam paparan materi Pubex oleh manajemen disampaikan posisi dana murah yang terdiri dari tabungan dan giro (Current Account Saving Account/CASA) BBCA per Juni 2025 mencapai Rp982,1 triliun per Juni 2025. CASA tumbuh 7,3% year-on-year (yoy) dan melampaui tingkat industri. 

Secara rinci, total giro BBCA mencapai Rp385,5 miliar atau tumbuh 9,2% yoy sedangkan rekening tabungan mencapai Rp596,7 triliun, meningkat 6,1% yoy. Total Dana Pihak Ketiga (DPK) BBCA tembus Rp1.189,8 triliun dan masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,7% yoy. Karena tabungan dan giro mengalami peningkatan, porsi CASA tembus 82,5% per Juni 2025. 

Kendati DPK yang dihimpun BBCA tumbuh single digit, likuiditas bank yang melimpah membuat BBCA mampu menyalurkan kredit dalam mode ekspansif. Per Juni 2025, penyaluran kredit BBCA tembus Rp959 triliun, tumbuh 12,9% YoY. 

Ruang likuiditas BBCA yang ample meski kondisi industri perbankan nasional dihadapkan dengan tantangan likuiditas yang ketat, dibuktikan dengan rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit/LDR) yang berada di 78%, masih di bawah industri yang berada di kisaran 90%. 

Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi oleh ekonomi nasional dan industri perbankan domestik, para analis masih optimistis terhadap kinerja BBCA di semester II 2025. 

Analis perbankan KB Valbury Sekuritas Akhmad Nurcahyadi dalam risetnya melihat bahwa BBCA memiliki ketahanan di tengah probabilitas perlambatan kredit dan biaya atas kredit atau pencadangan. 


"Bank ini secara proaktif memperkuat neracanya melalui tambahan pencadangan, sebuah langkah yang bijak dan kami yakini dapat mengurangi risiko." ungkapnya. 

Catatan lain yang juga diberikan untuk BBCA adalah Ia memperkirakan tidak akan terjadi lonjakan kredit macet (Non-Performing Loan/NPL), berkat kualitas aset BBCA yang kuat. Ditambah, bisnis perbankan transaksional yang solid serta ekosistem yang kuat akan membantu menjaga biaya dana (Cost of Funds/COF) tetap terkendali.

Analis Samuel Sekuritas Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman juga merespons positif kinerja semester I BBCA. Dalam riset mereka, BBCA dinilai memiliki pedoman kinerja yang moderat dari sisi target pertumbuhan kredit 7-8% untuk tahun ini. Namun dengan melihat kinerja sepanjang Semester I, keduanya optimistis pedoman tersebut dapat terlampaui. 

Aspek lain yang juga diperhatikan oleh analis Samuel Sekuritas adalah peningkatan NIM sebesar 10bps secara tahunan menjadi 5,8%, sesuai dengan panduan sepanjang tahun sebesar 5,7–5,8%, didukung oleh rasio CASA yang tinggi yaitu 83,4%  ketika rata-rata industri sekitar 65%.

"Pertumbuhan CASA sebesar 7,3% secara tahunan menunjukkan kekuatan yang berkelanjutan dalam bisnis perbankan transaksi dan ekosistem digital bank tersebut. Bank merevisi panduan biaya kredit (CoC) menjadi 30–50bps (sebelumnya 30bps), menunjukkan sikap kehati-hatian yang berkelanjutan." tulis laporan riset tersebut. 

Baik KB Valbury maupun Samuel Sekuritas memberikan rekomendasi beli saham BBCA. Akhmad Nurcahyadi menyematkan target harga saham BBCA di Rp11.080/saham atau setara 4,8x PBV untuk 2025 sedangkan Prasetya Gunadi dan Brandon Boedhiman menyematkan target harga saham BBCA di Rp10.000/saham atau setara 4,2x PBV.

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan