Senin, 29 September 2025

Kerjasama Pertamina Geothermal-PLN IP Dorong Capaian Target Kapasitas Panas Bumi 3 Gigawatt

Sinergi lintas BUMN memungkinkan optimalisasi kapasitas yang saling melengkapi, khususnya di sektor panas bumi.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Choirul Arifin
HO
ENERGI PANAS BUMI - Fasilitas PT Pertamina Geothermal Energy di Tomohon, Sulawesi Utara. Penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk pengembangan energi panas bumi untuk pembangkit listrik diyakini akan mampu mendorong capaian target kapasitas energi panas bumi sebesar 3 gigawatt. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kolaborasi antar-Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menjadi salah satu strategi penting untuk memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mempercepat transisi menuju energi bersih.

Direktur Eksekutif Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Yudha Permana Jayadikarta mengatakan, sinergi lintas BUMN memungkinkan optimalisasi kapasitas yang saling melengkapi, khususnya di sektor panas bumi yang menjadi salah satu sumber energi terbarukan strategis di Indonesia.

Hal ini juga sejalan dengan target mengurangi ketergantungan pada energi fosil. “Ini adalah pemanfaatan kapasitas yang saling melengkapi untuk memperkuat kedaulatan energi,” ujarnya di Jakarta, Selasa (12/8/2025).

Sebelumnya, telah dilakukan penandatanganan Head of Agreement (HoA) antara PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT PLN Indonesia Power (PLN IP) untuk pengembangan energi panas bumi untuk pembangkit listrik sebagai bagian dari agenda ketahanan energi nasional dan percepatan transisi menuju energi bersih.

Kerja sama difokuskan untuk mengakselerasi pengembangan panas bumi pada 19 proyek eksisting dengan total kapasitas sebesar 530 megawatt (MW).

Yudha berpendapat, penandatanganan HoA ini bisa menjadi titik awal pencapaian target kapasitas panas bumi sebesar 3 gigawatt (GW) yang dicanangkan PGE.

Menurut dia, setiap proyek energi terbarukan wajib mengacu pada kerangka hukum yang berlaku, termasuk Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022.

Regulasi ini menjadi panduan percepatan pengembangan energi terbarukan di sektor ketenagalistrikan serta pengurangan ketergantungan pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batubara.

“Perpres ini bertujuan mempercepat transisi energi di sektor ketenagalistrikan, mendorong pengembangan energi terbarukan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada PLTU batu bara,” ujarnya.

 Tantangan Teknologi dan Investasi

Yudha menilai kolaborasi antara anak usaha Pertamina dan PLN ini akan menghadapi tantangan, terutama pada aspek teknologi di wilayah terpencil dan proses pengeboran (drilling).

Pendekatan teknis yang tepat dinilai menjadi kunci agar proyek berjalan efektif.

Dari sisi pendanaan, potensi investasi panas bumi diperkirakan mencapai 5 miliar dolar AS, termasuk pembiayaan melalui penerbitan obligasi hijau (green bond).

Baca juga: 19 Proyek Panas Bumi Hasil Kolaborasi Pertamina dan PLN, Dorong Transisi Energi Nasional

Menurutnya, reputasi dan transparansi proyek sangat penting untuk menarik kepercayaan investor. Kerjasama antar-BUMN ini difasilitasi oleh Danantara yang berfungsi sebagai penghubung strategis.

Menurut dia, peran fasilitator sangat krusial dalam mempercepat pengembangan proyek dan memastikan koordinasi berjalan lancar.

“Dengan fasilitasi yang baik, proyek panas bumi dapat dipercepat melalui skema kolaborasi bersama, yang pada akhirnya akan memperkuat kedaulatan energi nasional,” tegasnya.

Dikatakannya, kompleksitas perizinan antarinstansi memang tidak mudah, tapi dengan kerja sama yang solid, semua hambatan itu bisa diurai,” pungkasnya.
 

Baca juga: Gubernur NTT Dukung Upaya Pengembangan Energi Panas Bumi di Poco Leok, Ini Pertimbangannya

METI merupakan organisasi nirlaba yang berdiri sejak 11 Mei 1999 dan menjadi wadah kolaborasi ilmuwan, akademisi, pelaku industri, regulator, LSM, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mempercepat pemanfaatan energi terbarukan, mulai dari tenaga surya, angin, air, biomassa, hingga panas bumi.

Organisasi ini dikenal aktif mendorong percepatan pengembangan energi bersih di Indonesia termasuk tantangan biaya eksplorasi dan risiko investasi di sektor panas bumi, serta mendorong implementasi program Government Drilling guna mengurangi risiko pada tahap hulu.

 

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan