Jika Ingin Meniru Temasek, Deni Daruri Nilai Danantara Harus Mulai dari Keterbukaan & Akuntabilitas
Pembentukan Danantara meniru keberhasilan Singapura dalam mengelola Dana Kekayaan Negara melalui Temasek.
Penulis:
Malvyandie Haryadi
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara diminta untuk mempublikasikan laporan konsolidasi keuangan tahunannya.
Danantara adalah badan pengelola investasi strategis milik pemerintah Indonesia yang dipimpin Rosan Roeslani dan diawasi oleh mantan-mantan presiden RI, seperti Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.
Danantara juga digadang sebagai versi Indonesia dari Temasek Holdings (Singapura) atau Khazanah Nasional (Malaysia), dengan harapan menjadi pemain global dalam investasi strategis.
Baca juga: Perkuat Transformasi Budaya Kerja, Danantara Apresiasi Peluncuran BRILiaN Way
Presiden Prabowo Subianto dalam sebuah kesempatan, mengakui pembentukan Danantara meniru keberhasilan Singapura dalam mengelola Dana Kekayaan Negara melalui Temasek Holdings.
Pernyataan ini, dia sampaikan langsung di hadapan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, Juni silam.
Pengamat ekonomi, Ahmad Deni Daruri mengatakan, jika ingin meniru Temasek, Danantara harus memulainya dari keterbukaan,
Menurut Deni, pada Juli 2025 seharusnya sudah menjadi waktu yang tepat bagi Danantara untuk menyampaikan laporan tersebut ke publik.
"Laporan keuangan bukan sekadar kewajiban, melainkan bentuk transparansi dan akuntabilitas yang menjadi standar internasional. Jika ingin meniru Temasek, harus dimulai dari keterbukaan," kata Deni Selasa (22/7/2025).
Temasek, kata Deni, secara jelas memisahkan antara aset milik negara dan aset komersial, serta menunjukkan bagaimana dividen dikembalikan kepada masyarakat.
"Danantara juga dapat menerapkan prinsip yang sama melalui Pelaporan sumber pembiayaan dan dana kelolaan, Pemisahan aset strategis dan aset likuid dan publikasi pengembalian tahunan dan redistribusi nilai ekonomi ke publik," ujarnya.
Deni Daruri sendiri adalah pengamat ekonomi dan perbankan yang dikenal sebagai Presiden Direktur Center for Banking Crisis (CBC), sebuah lembaga kajian yang fokus pada isu-isu krisis perbankan dan kebijakan ekonomi nasional.
Deni juga menegaskan, bahwa publikasi laporan keuangan dua kali setahun tahunan dan tengah tahunan adalah langkah penting untuk memperkuat kredibilitas dan pengambilan keputusan berbasis data.
Hal ini sejalan dengan praktik perusahaan sovereign wealth fund global, seperti Temasek Holdings di Singapura, yang secara konsisten mengedepankan prinsip transparansi, termasuk dalam penunjukan auditor independen, seperti KPMG dan PwC.
PwC, misalnya, menunjukkan kredibilitasnya saat melakukan valuasi atas aset-aset BPPN pada krisis Asia tahun 1998, dengan pendekatan yang sangat objektif dan profesional.
Deni kemudian menambahkan, dengan laporan keuangan yang disusun secara strategis ini mampu memberikan gambaran utuh tentang kinerja portofolio, arah kebijakan investasi, indikator ESG serta dampak ekonomi dan sosial.
Format ini, katanya, akan menjadikan laporan Dantara bukan hanya dokumen administratif, tetapi juga instrumen strategis yang mencerminkan komitmen Danantara terhadap pembangunan berkelanjutan dan tata kelola yang profesional.
“Saatnya Danantara tampil sebagai value creator, bukan sekadar fund manager,” kata Fouder BGK ini.
Rosan Targetkan Penambahan Saham Freeport 12 Persen |
![]() |
---|
Pertemuan dan Simposium Perumahan 'Warisan Bangsa' Dihadiri 1.380 Peserta |
![]() |
---|
Mendagri Terima Kunjungan CIO Danantara, Bahas Penguatan Bidang Pendidikan dan Pengelolaan Sampah |
![]() |
---|
Menteri Haji Pastikan Prabowo Setujui Pembangunan Kampung Haji Didanai Danantara |
![]() |
---|
5 Pilihan Aplikasi Saham Terpercaya di Indonesia 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.