Menenun Mimpi dari Perca, Perjalanan Lintang Kejora ke Pasar Dunia
Produk olahan dari kain perca dari UMKM Lintang Kejora karya Rina Sulistyaningsih mampu meraba mancanegara, peran maksimal Rumah BUMN Solo
Penulis:
Facundo Chrysnha Pradipha
Editor:
Nuryanti
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Di sebuah sudut Kampung Baru, Solo, sebuah toko mungil dengan teras sederhana menjadi saksi bisu perjalanan seorang perempuan menenun takdir.
Rina Sulistyaningsih, 50 tahun, duduk bersimpuh di antara tumpukan kain jumputan, seolah menjahit setiap harapannya pada lembaran kain-kain berwarna cerah itu.
Siapa sangka, langkah kecil yang berawal dari iseng mengumpulkan perca kain bekas penjahit kini mengantarnya menapaki pasar mancanegara.
"Kalau bicara awalnya, rasanya seperti mimpi," ucap Rina sambil tersenyum getir saat ditemui di toko Lintang Kejora, Sabtu (19/4/2025).
Tahun 2015 menjadi titik awal, saat dompet kecil dari potongan kain perca keluar dari tangan-tangan kreatifnya.
Tidak mudah, butuh bertahun-tahun menjual dari pameran ke pameran, dari pasar kecil hingga bazar kampung, hanya untuk membuat orang percaya bahwa karya tangannya layak dihargai.
"Kadang ada yang menawar sampai di bawah modal. Rasanya pingin menyerah, tapi saya pikir, kalau bukan saya yang percaya, siapa lagi?" kenangnya.
Saat badai pandemi Covid-19 datang menerpa, dunia seakan berhenti, begitu pula omzet yang nyaris nol.
Namun justru di tengah kekalutan itu, Rina menemukan secercah cahaya.
Ia memberanikan diri melangkah ke dunia digital, belajar memasarkan produk lewat media sosial.
Baca juga: Menapak dari Limbah, UMKM Eank Solo Terbang Tinggi Berkat KUR dan QRIS BRI
Rumah BUMN Solo, sebuah pusat pembinaan UMKM, menjadi rumah keduanya dalam bertumbuh.
Di sana, ia belajar dari dasar, yakni bagaimana membuat katalog digital, memotret produk dengan baik, hingga mengelola keuangan usaha.
"Saya dulu gaptek (gagap teknologi) banget. Pegang handphone buat jualan aja bingung. Di Rumah BUMN, saya benar-benar diajari dari nol," ungkapnya.
Tak hanya belajar, Rina membuktikan diri.
Ia menjuarai kompetisi BRILianpreneur 2021 untuk kategori media sosial, dan membawa pulang Juara 1 dalam even Startup4Industry 2021 yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian.
"Itu pertama kalinya saya merasa bahwa usaha kecil saya ternyata bisa bersuara di antara ratusan UMKM hebat," ucap Rina dengan mata berkaca-kaca.
Kini, dompet, tas, sling bag, hingga kitchen set buatan Lintang Kejora telah menjelajah Bali, Kalimantan Selatan, bahkan sampai Singapura.
Namun bagi Rina, bukan ekspor atau omzet Rp 12 juta per bulan yang membuatnya bangga.
"Kebahagiaan saya sederhana. Saat melihat produk saya dipakai orang lain, saya merasa seperti ada bagian kecil dari mimpi saya yang hidup di sana," katanya pelan.
Produk pertama Lintang Kejora adalah suvenir dompet dari kain perca yang ia dapat dari penjahit.
Seiring waktu, banyak peminat memesan produk lain, seperti tas hingga dompet.

Rina kemudian menambah variasi produk Lintang Kejora dengan produk sling bag, ransel dan aneka tas lainnya.
Harganya bervariasi mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 500.000.
Dalam proses produksi, kain jumputan dikombinasikan dengan bahan lainnya seperti kain goni.
Perihal omzet usaha, ibu dua anak ini telah mengantongi Rp 10-12 juta per bulan.
Tali Temali Rumah BUMN Solo
Kisah sukses Rina dengan Lintang Kejora tak luput dari peran Rumah BUMN Solo yang menjadi rumah kedua para pelaku UMKM binaan di Kota Bengawan.
Koordinator Rumah BUMN Solo, Condro Rini, menyatakan bahwa pihaknya menjadi wadah agar UMKM bisa berkembang dan naik kelas.
“Kami memberikan pelatihan, pendampingan, dan inkubasi bisnis agar UMKM bisa mandiri dan mampu menjawab tantangan zaman,” ujar Condro pada Kamis (17/4/2025).
Program yang ditawarkan mencakup berbagai pelatihan tematik, termasuk pelatihan berbasis momen seperti workshop takjil saat bulan Ramadan.
Contoh produk yang dibuat dalam workshop tersebut antara lain es kuwut, mochi, dan kue bawang dengan modal kurang dari Rp50.000.
Seluruh program pelatihan di Rumah BUMN Solo disediakan secara gratis bagi para peserta.
Hingga kini terdapat sekitar 74 ribu UMKM yang terdaftar pada rumahbumn.id dari wilayah Solo Raya.
Dari jumlah tersebut, sekitar seribu UMKM aktif dalam grup komunikasi daring.

Jumlah mitra terus meningkat dari tahun ke tahun, meskipun sempat menurun saat pandemi COVID-19.
Pasca pandemi, muncul banyak UMKM baru dari kalangan produktif, seperti mahasiswa dan lulusan baru.
Kriteria utama untuk menjadi mitra adalah memiliki semangat wirausaha, baik yang sudah punya usaha maupun yang baru ingin memulai.
Rumah BUMN Solo juga berperan dalam peningkatan daya saing dan akses pasar bagi UMKM.
Mereka menggandeng platform digital seperti Shopee dan Tokopedia untuk mendukung pemasaran daring.
Pelatihan yang diberikan mencakup public speaking, konten digital, dan editing video untuk menunjang promosi.
“Dengan pelatihan ini, UMKM bisa tampil beda dan punya ciri khas produk yang kuat,” kata Condro.
Produk mitra binaan juga sering diikutsertakan dalam pameran dan bazar, termasuk saat ada kunjungan direksi BRI atau pejabat kementerian.
Beberapa produk unggulan bahkan sudah berhasil menembus pasar ekspor seperti ke Kanada.
Kolaborasi menjadi prinsip utama dalam kerja Rumah BUMN Solo, sesuai arahan Kementerian BUMN.
Selain itu, Rumah BUMN Solo juga mendukung program tahunan BRI seperti BRI UMKM Ekspor yang mempertemukan pelaku usaha dan calon buyer dari luar negeri.
Tantangan terbesar yang dihadapi adalah membangun kesadaran UMKM tentang pentingnya peningkatan keterampilan usaha.
Condro menilai, pelatihan harus dikemas menarik agar UMKM tertarik belajar dan meningkatkan kapasitas mereka.
“Kami tidak ingin usaha mereka sekadar untung sesaat, tapi bisa bertahan bahkan sampai ke generasi berikutnya,” tambahnya.
Ke depan, Rumah BUMN Solo berkomitmen untuk terus memberikan dukungan berupa ilmu, keterampilan, dan akses jejaring bisnis bagi para UMKM.
Adapun keberadaan Rumah BUMN Solo membawa manfaat bagi ribuan UMKM, juga menjadi rumah kedua para pelaku usahanya.
Di antaranya yang berhasil mengembangkan sayap adalah UMKM Sangkar Burung Eank Solo milik Eko Allif Muryanto asal Mojosongo yang telah mengirim produknya hingga ke Belgia.
Lalu ada juga kain jumputan Lintang Kejora asli Kampung Baru, yang juga merasakan ekspor ke Malaysia dan Singapura.
Masih banyak lagi UMKM binaan Rumah BUMN Solo yang telah mandiri dan menjadi inspirasi UMKM lainnya di Solo Raya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.