Jumat, 3 Oktober 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

China Siapkan Serangan Balasan, Perang Dagang dengan AS Belum Berakhir

Trump di media sosial mengatakan jika China tidak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada 8 April maka  ia akan mengenakan tarif tambahan.

Editor: Hasanudin Aco
DPA/DW
PERANG DAGANG - Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping. Dua negara kini melanjutkan perang dagang dan berdampak ke perekonomian global. /Foto. Dokumentasi 

TRIBUNNEWS.COM, AS -  China kian murka.

Penyebabnya baru saja Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengeluarkan ancaman baru.

Senin (7/4/2025) waktu AS, Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada China di atas tarif timbal balik (barang impor) sebesar 34 persen yang diumumkan minggu lalu.

Trump di media sosial mengatakan jika China tidak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada 8 April maka  ia akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada negara tersebut.

Dibalas China

Ancaman Trump tidak membuat China mundur.

Bahkan China tengah menyiapkan serangan balasan,

Seperti diketahui konflik perdagangan yang meningkat antara dua ekonomi terbesar di dunia telah menyebabkan efek berantai di seluruh pasar global, termasuk di Indonesia.

Nilai tukar rupiah terus melemah dan IHSG anjlok dalam pembukaan pasar pagi ini.

Baca juga: Tekanan Mereda, IHSG Merosot 7,71 Persen di Akhir Perdagangan Sesi Pertama Hari Ini

Dalam pernyataan yang diperoleh The Wall Street Journal, Kementerian Perdagangan China menyatakan pihaknya "akan dengan tegas mengambil tindakan balasan untuk melindungi hak dan kepentingannya sendiri" jika Amerika Serikat meningkatkan tarif lebih lanjut.

China Tuding AS

Pemerintah China bahkan menuding AS melakukan unilateralisme, proteksionisme, dan intimidasi ekonomi dengan memberlakukan kebijakan tarif.

Mereka juga menyerukan kepada perwakilan perusahaan Amerika termasuk Tesla, untuk mengambil tindakan konkret guna menyelesaikan tarif.

“Mengutamakan Amerika sebagai yang pertama daripada aturan internasional, akan merusak stabilitas produksi global dan rantai pasokan, juga berdampak serius pada pemulihan ekonomi dunia,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian seperti dikutip dari The Associated Press. 

Minggu (6/4/2025) LALU, Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 34 persen untuk barang-barang asal China sebagai bagian dari "Hari Pembebasan."

Kebijakan ini merupakan tambahan dari dua putaran tarif sebesar 10% yang telah diumumkan pada bulan Februari dan Maret, yang menurut Trump disebabkan oleh peran Beijing dalam krisis fentanyl yang dihadapi AS. 

China dan pemerintah lain segera membalas kebijakan yang ditetapkan Trump tersebut.

China langsung mengumumkan tarif balasan sebesar 34% untuk barang-barang AS, sebagaimana tarif yang dikenakan Trump untuk China.

Pada Senin (7/4/2025), Beijing menunjukkan rasa percaya diri bahkan ketika pasar di Hong Kong dan Shanghai anjlok.

People's Daily, corong resmi Partai Komunis, menyampaikan pesan yang kuat menanggapi situasi ini.

"Langit tidak akan runtuh," demikian pernyataan mereka, bahkan jika kebijakan tarif AS berdampak pada perekonomian mereka.

"Menghadapi pukulan pajak AS yang tidak pandang bulu, kami tahu apa yang kami lakukan dan kami memiliki alat yang dapat kami gunakan," tambahnya.

China telah mengumumkan serangkaian tindakan balasan pada Jumat malam yang ditujukan untuk kebijakan tarif Trump.

Sebagai bagian dari langkah-langkah ini adalah, China menangguhkan impor sorgum, unggas, dan tepung tulang dari beberapa perusahaan Amerika.

Selain itu, mereka memberlakukan lebih banyak kontrol ekspor pada mineral tanah yang jarang, yang penting untuk berbagai teknologi.

China juga meluncurkan gugatan hukum di Organisasi Perdagangan Dunia.

Hingga kini belum diketahui apakah pemimpin China, Xi Jinping, akan bertemu dengan Trump untuk membuat kesepakatan tentang tarif.

Lin mengarahkan pertanyaan tentang kemungkinan pertemuan ke departemen lain.

“Tekanan dan ancaman bukanlah cara untuk berurusan dengan China. China akan dengan tegas melindungi hak dan kepentingannya yang sah,” imbuh Lin.

Selama akhir pekan, pejabat pemerintah China bertemu dengan banyak perwakilan bisnis Amerika termasuk Tesla, GE Healthcare, dan lainnya.

“Akar masalah tarif ada di AS,” kata Ling Ji, wakil menteri Perdagangan pada pertemuan dengan 20 perusahaan Amerika.

"Kami berharap perusahaan-perusahaan Amerika dapat mengatasi masalah ini dari akarnya, .mengeluarkan pernyataan yang masuk akal, mengambil tindakan konkret, dan bekerja sama untuk menjaga stabilitas rantai pasokan global,” tambahnya.

Sumber: AP/Newsweek

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved