Natal dan Tahun Baru 2025
Jelang Libur Akhir Tahun, Okupansi Hotel di Jakarta Sudah Ramai di Enam Hari Ini
Enam hari itu adalah tiga hari sebelum tahun baru dan tiga hari setelahnya.
Penulis:
Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jakarta Sutrisno Iwantono mengungkap tren okupansi hotel di Jakarta pada saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025.
Menurut pria yang juga Ketua Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu, ada enam hari pada saat akhir tahun ini yang biasanya mengalami peningkatan okupansi.
Enam hari itu adalah tiga hari sebelum tahun baru dan tiga hari setelahnya.
Baca juga: Astra Infra Catat Peningkatan Volume Pemudik di Ruas Tol Cipali Jelang Natal
Berarti tanggal-tanggal yang akan mengalami kenaikan adalah okupansi adalah 28, 29, dan 30 Desember 2024 serta 2, 3, dan 4 Januari 2025.
"Kalau soal okupansi ya biasalah akhir tahun biasanya ya itu rutin aja, itu mengalami peningkatan," kata Sutrisno kepada wartawan di Jakarta, dikutip Jumat (20/12/2024).
"Misalnya akhir tahun paling kan 3 hari sebelum tahun baru dan 3 hari sesudahnya, hanya itu yang 6 hari," lanjutnya.
Ia mengatakan, saat ini okupansi hotel lebih banyak berasal dari hotel berbintang dibanding yang non bintang.
Okupansi hotel bintang empat hingga lima bisa mencapai 55 persen, sedangkan yang non bintang sebesar 40 persen.
Hal itu lah yang membuat Sutrisno khawatir menghadapi tahun depan saat Pajak Pertambahan Nilai (PPN) naik menjadi 12 persen.
Dengan adanya PPN 12 persen, biaya operasional hotel akan mengalami kenaikan karena barang-barang yang dipasok ke hotel tesebut akan terkena pajak lebih tinggi.
Baca juga: Tren Pengiriman Hampers Meningkat Jelang Libur Natal dan Tahun Baru
Pada akhirnya, pengusaha akan membebankan biaya tambahan itu ke harga jual, sehingga konsumen juga yang ujung-ujungnya merasakan kenaikan harga akibat PPN 12 persen.
Kenaikan harga jual dikhawatirkan bisa menggerus jumlah okupansi di hotel, terutama yang non bintang.
"Kalau harga naik, permintaan akan turun. Itu hukum ekonominya akan begitu. Harga kan pasti akan naik. Itu mau dibebankan ke mana kalau tidak dibebankan kepada harga? Kalau harga naik, orang tidak beli. Sesederhana itu," pungkas Sutrisno.
Sebagai informasi, Kementerian Pariwisata memperkirakan selama momen libur Natal 2024 dan tahun baru 2025 potensi ekonomi dari pergerakan wisatawan nusantara mencapai Rp 117,3 triliun.
Angka tersebut dengan estimasi jumlah wisnus pada Desember 2024 sebesar 78,2 juta perjalanan.
Sementara untuk potensi ekonomi dari pergerakan wisatawan mancanegara diproyeksi mencapai Rp22,55 miliar – Rp29,2 miliar. Dengan perkiraan optimis mencapai 1,02 juta -1,325 juta di bulan Desember 2024.
Berdasarkan hasil survei Kementerian Perhubungan, potensi pergerakan masyarakat secara nasional pada masa Natal 2024 dan tahun baru 2025 masih terpusat di Pulau Jawa dengan rincian yakni Jawa Tengah 17,1 persen, D.I. Yogyakarta sebesar 15,77 persen.
Kemudian, Jawa Barat 11,78 persen, Jabodetabek 10,34 persen, dan Jawa Timur sebesar 8,85 persen. Kemudian disusul Sumatera Utara 5,7 persen, Bali 5,55 persen, Sumatra Barat 3,26 persen, Lampung 3,08 persen, dan Sulawesi Selatan 2,66 persen.
Adapun atraksi wisata yang paling dominan dikunjungi oleh wisatawan yakni daerah pantai, danau, laut sebesar 58,6 persen, kemudian pusat kuliner sebesar 54,8 persen, pegunungan atau perbukitan sebesar 50 persen, kebun binatang dan taman rekreasi 33,9 persen, dan desa wisata 28,4 persen.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.