Selasa, 30 September 2025

5 Tips Sukses dari UMKM Kerajinan di Solo, dari Mau Belajar hingga Jeli Lihat Peluang

Berikut lima tips sukses dari pelaku UMKM kerajinan di Kota Solo. Mulai dari jeli melihat peluang hingga melengkapi company profile.

Kolase Tribunnews
Hasil kerajinan UMKM-5 Tips sukses dari UMKM Kerajinan di Solo, dari mau belajar hingga jeli melihat peluang. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Gilang Putranto

TRIBUNNEWS.COM - Memiliki produk dan modal yang memadai tidak cukup untuk menjadi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berhasil.

Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan pelaku UMKM.

Seperti sejumlah pelaku UMKM di Kota Solo yang bergerak di bidang craft atau kerajinan yang memiliki kiat sukses menjalankan usahanya.

Berikut lima tips sukses dari pelaku UMKM kerajinan di Kota Solo.

1. Jeli Lihat Peluang

Jeli mengolah sumber daya yang ada dan dijadikan produk bernilai tinggi jadi modal berharga pelaku usaha.

Seperti UMKM Setyo Handmade yang dijalani Kristanti Nareswari (37).

Berawal dari coba-coba mengolah bekas surat kabar langganan, Nareswari berhasil meraup keuntungan.

Tangan kreatif Nares bisa 'menyulap' koran bekas menjadi tas, keranjang, vas, tempat tisu, kalung, hingga jepit rambut.

Kristiana Nareswari (37) pemilik usaha bidang kerajinan tangan Setyo Handmade. Produk Setyo Handmade dibuat dari limbah koran bekas.
Kristiana Nareswari (37) pemilik usaha bidang kerajinan tangan Setyo Handmade. Produk Setyo Handmade dibuat dari limbah koran bekas. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto - IST)

Sayang bagi Nares melihat tumpukan koran saat itu bila dijual hanya laku Rp 3.000 per kilogram.

"Kalau dibuat jadi produk-produk seperti ini kan lumayan. Awalnya dulu buat untuk dipakai sendiri, terus banyak yang tanya, lama-lama jadi peluang usaha," ungkap Nares saat dijumpai di kediamannya, Rabu (10/5/2023).

Nares bisa mendapat keuntungan jutaan rupiah per bulan.

"Kalau pesanan ramai bisa sampai Rp 5 juta lebih," ungkapnya.

Harga produk Setyo Handmade bervariasi, seperti tatakan gelas yang dijual seharga Rp 15.000.

Sementara untuk tas, harganya mulai dari Rp 150.000 hingga Rp 300.000.

Produk UMKM Setyo Handmade - Tatakan gelas yang dibuat dari limbah koran.
Produk UMKM Setyo Handmade - Tatakan gelas yang dibuat dari limbah koran. (IST)

Baca juga: Berawal dari Coba-coba, Produk UMKM dari Limbah Koran Kini ‘Mejeng’ di Hotel Bintang Lima

2. Mau Belajar Digitalisasi

Mau mempelajari hal baru seperti berjualan online dan mengelola media sosial, perlu dilakukan pelaku usaha saat ini.

Seperti yang tercermin dari Eko Alif Muryanto, perajin sangkar burung dari pipa paralon bekas.

Sangkar burung buatan Eko dengan merek Eank Solo itu telah merambah pasar ekspor dengan memanfaatkan media sosial dan marketplace.

Padahal, dunia digital awalnya sangat asing bagi pria yang pernah berjualan onderdil mobil itu.

"Dulu itu tahunya jualan ya dari mulut ke mulut, kalau sangkar burung ya dari bakul ke bakul, kalau ke pasar ya ke Pasar (Hewan) Depok Solo," ungkap Eko saat ditemui di kediamannya di Kampung Debegan, Mojosongo, Solo.

Eko Alif Muryanto, pelaku UMKM dari Solo yang memanfaatkan limbah pipa paralon bekas untuk dibuat menjadi produk sangkar burung bernilai tinggi.
Eko Alif Muryanto, pelaku UMKM dari Solo yang memanfaatkan limbah pipa paralon bekas untuk dibuat menjadi produk sangkar burung bernilai tinggi. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

Eko kemudian mulai mengikuti pelatihan digitalisasi usaha yang diselenggarakan Rumah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Solo.

Mulai dari belajar menggunakan Facebook pribadi untuk menjual produk, hingga pemasaran ke marketplace dan dorongan untuk ekspor produk.

Eko merupakan pelaku UMKM 'angkatan pertama' yang bergabung di Rumah BUMN Solo, sekira awal 2019.

"Dulu kami bahkan punya slogan kalau Rumah BUMN itu rumah kedua kami. Tiap hari posting produk di situ, ada wifi, ada PC ada laptop, kami manfaatkan," ujar Eko.

Baca juga: Peran Rumah BUMN Solo bagi UMKM, Jadi Rumah Kedua hingga Kembangkan Kapasitas Usaha

3. Pastikan Produk Berkualitas

Keberhasilan Eko dalam membuat sangkar burung tidak terlepas dari upayanya menjaga kualitas produk.

Eko mengaku memperhatikan detail pada sangkar yang ia buat.

Ia tidak segan untuk mengulang pekerjaan bila ada kesalahan dalam pembuatan sangkar.

Sehingga produk sangkar Eko memiliki kualitas bagus dan bisa diterima kalangan menengah ke atas.

Sangkar burung buatan Eko Alif Muryanto yang terbuat dari limbah pipa paralon.
Sangkar burung buatan Eko Alif Muryanto yang terbuat dari limbah pipa paralon. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

Untuk harga sangkar burung, Eko bisa membuat dengan diameter 16-60 centimeter yang dijual mulai dari harga Rp 350 ribu hingga Rp 2,5 juta.

Omzet Eko saat ini menyentuh belasan juta rupiah per bulannya dan telah ekspor produk ke sejumlah negara.

4. Manfaatkan Setiap Peluang yang Ada

Peluang emas tidak datang dua kali. Ungkapan tersebut perlu menjadi pegangan pelaku bisnis.

Rina Sulistyaningsih (48), pelaku UMKM Lintang Kejora dengan produk suvenir berbahan kain jumputan khas Solo.

Adanya pandemi Covid-19 membuat Lintang Kejora turut terdampak.

Namun siapa sangka, di tengah banyak pembatasan saat pandemi justru menjadi titik melejitnya usaha Rina.

Rina Sulistyaningsih (48), pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Lintang Kejora Solo.
Rina Sulistyaningsih (48), pemilik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Lintang Kejora Solo. (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

Saat pandemi, Rina tidak melewatkan untuk mengikuti tawaran pameran virtual yang ada.

Ia juga mengikuti kompetisi bisnis yang diselenggarakan berbagai instansi, kementerian, dan lembaga, seperti BRILianpreneur 2021 yang diselenggarakan BRI.

Saat itu Rina menang di kategori pemanfaatan media sosial.

Lintang Kejora juga menyabet penghargaan Juara 1 dalam even Startup4Industry 2021 yang diselenggarakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Momen itu disebut Rina sebagai lompatan bisnisnya di masa pandemi.

"Saat itu ada inkubasi selama dua bulan, usaha saya dapat blow up, di-branding dan jadi makin dikenal luas," ujar perempuan berhijab itu saat ditemui di Solo.

Keberhasilan Rina menekuni usaha suvenir dikatakannya tak terlepas dari keberanian untuk mencoba dan memanfaatkan peluang yang ada.

"Senengnya apa kita lakuin dulu aja, kalau passion nanti keluar sendiri," ungkap Rina.

Baca juga: Cerita Pelaku UMKM Suvenir dari Kain Jumputan Khas Solo: Awalnya Jalankan Hobi, Melejit saat Pandemi

5. Buat Company Profile dan Katalog Produk

Profil usaha yang dijalani atau company profile dan katalog menjadi hal wajib yang dimiliki UMKM bila ingin sukses melebarkan jangkauan penjualan produk.

Manfaat memiliki company profile dan katalog produk dirasakan UMKM Lintang Kejora.

Selain kota-kota besar di Indonesia, produk Lintang Kejora sudah bisa ekspor ke Singapura.

Produk UMKM Lintang Kejora Solo
Produk UMKM Lintang Kejora Solo (Tribunnews/IST)

Satu poin utamanya, Lintang Kejora sudah memiliki company profile dan katalog dalam bentuk soft file yang bisa secara mudah dikirim dan dilihat calon pembeli.

"Sekali lagi pentingnya digitalisasi, dulu suruh kirim company profile, katalog, kemudian diterima pihak Singapura, terus lolos presentasi, terus pengiriman produk masuk, terus lanjut pengiriman," ungkap Rina.

Produk yang dipesan dari Singapura adalah tas dan dompet.

"Selain itu akhir-akhir ini masuk untuk home set kitchen, seperti apron, celemek gitu," ujar Rina. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved