Selasa, 7 Oktober 2025

Harga Beras di Indonesia Paling Mahal se-ASEAN, Bank Dunia Beberkan Sejumlah Faktor Penyebabnya

Harga beras yang tinggi ini tentu akan berkontribusi pada tingkat inflasi, ditambah dengan adanya ketidakpastian global beberapa waktu ini.

Tribun Jakarta/Dionsius Arya Bima Suci.
Ilustrasi beras. Bank Dunia melaporkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN. Mahalnya harga beras di Indonesia disebutkan Bank Dunia disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah untuk mendukung harga pasar bagi produsen di sektor pertanian. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berdasarkan laporan Bank Dunia Indonesia Econic Prospect (IEP) edisi Desember 2022, harga beras di Indonesia 28 persen lebih tinggi dari harga di Filipina.

Bank Dunia melaporkan harga beras di Indonesia lebih tinggi dari negara-negara ASEAN lain selama satu dekade terakhir.

Bahkan, harga beras Indonesia dua kali lipat harga beras di Vietnam, Kamboja, Myanmar, dan Thailand.

Baca juga: Redam Inflasi, Filipina Perpanjang Kebijakan Pemangkasan Tarif Beras Impor Hingga Akhir Tahun Depan

"Konsumen Indonesia membayar harga beras dan makanan pokok lainnya lebih tinggi daripada negara tetangga," tulis Bank Dunia dalam laporannya, seperti dikutip Selasa (20/12/2022).

Mahalnya harga beras di Indonesia, tulis Bank Dunia, disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah untuk mendukung harga pasar bagi produsen di sektor pertanian.

Kebijakan yang dimaksud meliputi kebijakan pembatasan perdagangan seperti tarif impor, monopoli impor BUMN untuk komoditas utama serta kebijakan harga pembelian minimum di tingkat petani.

Selain itu, kurangnya investasi jangka panjang dalam riset dan pengembangan pertanian, layanan penyuluhan, dan pengembangan sumber daya manusia pertanian telah menghambat peningkatan produktivitas yang dapat menurunkan harga pangan dalam jangka panjang.

"Rantai pasokan yang panjang dan biaya distribusi yang tinggi, sebagian karena geografi negara yang kompleks, juga menaikkan harga pangan bagi konsumen di negara tersebut," jelas Bank Dunia.

Harga beras yang tinggi ini tentu akan berkontribusi pada tingkat inflasi, ditambah dengan adanya ketidakpastian global beberapa waktu ini.

Baca juga: BPS: Indonesia Impor Beras 326 Ribu Ton hingga November, Terbanyak dari India

Data Bank Dunia mencatat, inflasi pangan di Indonesia secara tahunan mencapai level tertinggi dalam 8 tahun pada Juli 2022 sebesar 10,3 persen, lalu turun menjadi 6,9 persen di Oktober 2022.

Terlebih di Indonesia, komoditas pangan yang menjadi penyebab inflasi tidak hanya beras saja, melainkan juga cabai, bawang merah, daging, telur, kedelai, gandum, hingga minyak goreng.

Di sisi lain, Indonesia juga masih menghadapi tantangan terkait keterjangkauan pangan dan kecukupan gizi.

Menurut Bank Dunia, hal ini dapat disiasati dengan melakukan langkah kebijakan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi hambatan impor pertanian dan pangan.

"Kebijakan untuk mendorong diversifikasi ke pangan yang lebih bergizi (ternak, buah dan sayuran) dan mengurangi distorsi kebijakan yang saat ini berpihak pada produksi beras dapat meningkatkan kecukupan gizi," tulis Bank Dunia.

Baca juga: Impor Beras Dinilai Jadi Solusi Mengatasi Ancaman Ketahanan Pangan Nasional 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkap pada November 2022 harga beras masih naik.

Rupanya kenaikan ini disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) hingga berkurangnya produksi beras.

Berdasarkan data BPS, pada November 2022 harga beras dibanderol Rp 11.877 per kilogram (kg) atau naik tipis dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 11.837 per kg.

Namun kenaikan ini lebih landai dibandingkan bulan-bulan sebelumnya yang naik signifikan.

Harga beras pada Agustus 2022 sebesar Rp 11.555 per kg lalu naik jadi Rp 11.720 pada September 2022 dan menjadi Rp 11.837 per kg pada Oktober 2022.

Pemerintah Impor Beras Sebanyak 500 Ribu Ton

Pemerintah telah memutuskan untuk membuka kran impor beras sebagai upaya menjaga stok yang dimiliki Bulog dan mencegah kenaikan harga dari komoditas pangan tersebut di penghunjung 2022.

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan, untuk menambah cadangan beras Bulog yang berkurang sekaligus menjaga stabilitas harga di pasaran, diputuskan mengimpor 500 ribu ton beras yang dikirim bertahap.

Baca juga: Jaga Tingkat Inflasi Pangan, NFA Pantau Harga Jual Beras

Menurutnya, sebenernya pemerintah tidak ingin impor beras jika produksi di dalam negeri mencukupi kebutuhan.

"Jadi biar tidak simpang siur. Yang mau impor itu tidak ada. Presiden, Kabulog, saya, dan kabapanas Arief tidak ada yang ingin impor, jika produksi kita cukup. Buat apa kita impor, jika berasnya ada," kata Zulkifli, Jumat (16/12/2022).

Ia menjelaskan, berdasarkan data Kementerian Pertanian, pasokan beras dalam negeri cenderung surplus.

Namun, lantaran harga beras yang terus meningkat signifikan di pasaran hingga menyentuh Rp10 ribu per liter, Bulog memutuskan melakukan operasi pasar dengan harga Rp8.300 per liter.

Operasi pasar tersebut membuat stok beras Bulog berkurang cukup banyak.

Sehingga, diperlukan tambahan pasokan secara cepat agarkeyakinan pasar tidak terganggu yang bisa berakibat pada harga beras tak terkendali.

Adapun proses pemulihan cadangan Bulog ini akan rampung pada Januari 2023, dengan harapan pada musim panen di bulan Maret 2023, cadangan beras dapat dibeli Bulog dari hasil panen petani.

"Kita tidak mau, karena beras ini kan makanan pokok di Indonesia. Kita sudah tiga kali enam hari mencoba mencari tapi tidak dapat. Jadi kita putuskan impor, untuk menambah cadangan Bulog sebanyak 500 ribu. Ini yang baru datang 200 ribu," ungkapnya.

Baca juga: Kepala Badan Pangan Ungkap Stok Beras Pemerintah Menipis, Tersisa 295 Ribu Ton

"Harga, apalagi saat Nataru kita jamin, tidak akan ada perubahan," pungkas Zulhas.

200 Ribu Ton Beras

Pemerintah resmi menerima beras impor asal Vietnam sebanyak 5.000 ton di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022).

Direktur Utama Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan, beras kualitas premium tersebut dibeli oleh Bulog seharga Rp 8.800 per kilogram dari negara asal dan akan dijual ke pasar Rp 8.300 per kilogram. Adapun untuk selisih harga beras impor tersebut akan ditanggung oleh pemerintah.

"Kita belinya Rp 8.800, nanti kita melepasnya Rp 8.300. Nanti kita minta izin negara untuk (beras impor) diubah ke CBP, nanti selisihnya akan diganti negara. Jadi bisa dibayangkan beras premium tersebut bisa murah," ujar dikutip dari Kompas.com saat menerima beras di Pelabuhan Tanjung Priok, Jumat (16/12/2022).

Walau demikian, Buwas memastikan dengan masuknya beras impor ke Tanah Air tidak akan mempengaruhi harga di pasar.

Baca juga: Beda Data Antar Anak Buah Presiden Jokowi Hingga Akhirnya Berujung Impor Beras Sebanyak 500 Ribu Ton

Terkait harga yang diberikan murah, lanjut Buwas, sudah dibahas sebelumnya dalam Rakortas.

"Yang pasti begini, ini kan untuk kebutuhan cadangan pangan. Pasti kalau kita gunakan operasi pasar, tidak ada panen kita prediksi Januari-Februari 2023 juga tidak ada panen. Tadi kan kebutuhannya banyak, yang biasanya sebulan 30.000 ton maksimal, ini rata-rata diatas 170.000 ton per bulannya rata-rata. Sehingga menguras cadangan pangan pemerintah yang ada di Bulog berasnya," jelas Buwas.

"Waktu rakortas begitu, kita kan pernah fleksibilitas harga waktu itu untuk CBP Rp 8.800 tapi kan enggak dapat akhirnya," sambung Buwas.

Buwas menambahkan, importasi ini dilakukan secara bertahap sehingga sampai Desember 2022 total importasi beras mencapai 200.000 ton.

"Ini sekarang berdatangan bertahap tapi sampai Desember (2022) 200.000 ton. Nanti (sore) ada di Serang, Merak sebanyak 5.000 ton juga itu dari Thailand. Tapi yang pasti ini bertahap sampai target impor kita nanti 500.000 ton. Sejauh ini negara asalnya Thailand, Vietnam, dan Pakistan," pungkas Buwas. (Tribunnews.com/Kompas.com)

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved