Jerman Terancam Resesi, Bank Sentral Peringatkan Inflasi Dua Digit di Musim Gugur
Perekonomian Jerman kemungkinan akan jatuh ke jurang resesi karena inflasi 10 persen mungkin terjadi pada bulan-bulan musim gugur.
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Presiden Bank Sentral Jerman (Bundesbank), Joachim Nagel Sabtu lalu memperingatkan Jerman akan mengalami inflasi tinggi pada musim gugur dan akan menjadi yang tertinggi dalam beberapa dekade ini.
Joachim Nagel mengatakan, tingkat inflasi 10 persen mungkin akan terjadi pada bulan-bulan musim gugur dan bisa membuat perekonomian Jerman bisa jatuh ke jurang resesi.
Dikutip dari Russia Today, Senin (22/8/2022), Nagel menyampaikan, lonjakan harga energi terbaru yang disebabkan oleh berkurangnya pasokan energi dari Rusia yang merupakan pemasok utama Jerman.
Hal itu berisiko mendorong naiknya harga-harga konsumen lebih jauh. "Tingkat inflasi dua digit terakhir diukur di Jerman lebih dari 70 tahun yang lalu," jelas Nagel.
Jerman melihat tingkat inflasi yang sama pada 1951 saat mencapai 11 persen, menurut perhitungan yang dibuat pada waktu itu. "Situasi dalam ekonomi nasional kemungkinan juga akan tetap tegang tahun depan," papar Nagel.
Nagel mengatakan, masalah inflasi tidak akan hilang pada 2023 karena kemungkinan berlanjutnya terhambatnya pasokan dan ketegangan geopolitik.
Baca juga: Inflasi Mengancam, Bank Sentral China dan Turki Justru Kompak Turunkan Suku Bunga Acuan
"Inflasi kemungkinan akan melebihi perkiraan Bundesbank pada Juni lalu sebesar 4,5 poin dan berjumlah rata-rata 6 persen 'sebelum titik desimal tahun depan'," tutur Nagel.
Ia menekankan bahwa harga gas alam dan listrik telah meningkat lebih dari yang diharapkan.
Baca juga: Inflasi Inggris Tembus 10,1 Persen, Capai Rekor Tertinggi dalam 40 Tahun
Pengurangan impor gas dari Rusia yang terjadi selama gelombang panas ekstrem di Eropa telah menyebabkan tingkat air yang lebih rendah di sungai-sungai besar Eropa serta menghambat transportasi sungai.
"Ini tentunya dapat sangat memukul ekonomi Jerman. Saat krisis energi semakin dalam, kemungkinan resesi akan muncul pada musim dingin mendatang," tegas Nagel.
Menurut The Financial Times, harga yang dibebankan oleh produsen industri Jerman naik 37,2 persen antara Juli 2021 hingga Juli 2022.
Kantor Statistik Federal Jerman menyebutnya sebagai kenaikan tertinggi yang pernah ada. Perkiraan Nagel ini muncul saat Jerman trngah menghadapi krisis energi besar.
Pasokan gas dari Rusia terus menurun karena masalah teknis yang timbul dari sanksi terkait Ukraina.
Raksasa energi negara Rusia, Gazprom mengatakan pada Jumat lalu bahwa pihaknya akan menghentikan transit gas melalui pipa Nord Stream 1 untuk pekerjaan pemeliharaan 3 hari antara 31 Agustus hingga 2 September 2022.
Baca juga: Joe Biden Tandatangani Undang-Undang Pajak, Perubahan Iklim dan Kesehatan untuk Mengatasi Inflasi
Pasokan gas ke Uni Eropa (UE) melalui Nord Stream 1 telah turun hingga 20 persen dari level maksimum pada bulan lalu.
Menurut Gazprom, 5 turbin perlu beroperasi untuk memompa gas dengan kapasitas penuh, dan sebagian besar membutuhkan perbaikan.
Salah satu turbin saat ini terbengkalai di Jerman karena pemberlakuan sanksi, setelah kembali dari proses perbaikan di Kanada.
Sebelumnya, pengumuman yang disampaikan pada Jumat lalu menyebabkan kenaikan gas lain di Eropa, dengan harga melonjak 7 persen menjadi di atas 2.600 dolar Amerika Serikat (AS) per 1.000 meter kubik.