Perusahaan Timur Tengah Optimis Terhadap Pertumbuhan Bisnis di Indonesia
perusahaan Timur Tengah yang memiliki fokus pada kawasan ASEAN bersikap positif terhadap pertumbuhan bisnis di Kawasan tersebut, termasuk di Indonesia
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei menunjukkan perusahaan-perusahaan Timur Tengah yang memiliki fokus pada kawasan ASEAN bersikap positif terhadap pertumbuhan bisnis di Kawasan tersebut, termasuk di Indonesia.
Hal tersebut merupakan temuan survei yang dilakukan oleh Standard Chartered untuk “Borderless Business: Middle EastASEAN Corridor”, yakni laporan yang bertujuan untuk melihat peluang berpotensi untuk pertumbuhan lintas batas antara Timur Tengah dan ASEAN.
"Timur tengah dan ASEAN memiliki hubungan ekonomi yang semakin erat," ujar Vice Chairman, ASEAN & President Commissioner Indonesia Standard Chartered, Rino Donosepoetro, Rabu (6/4/2022).
Baca juga: Bisnisnya Disorot, Gilang Widya Juragan 99 Pamer Foto MS Glow Dapat Penghargaan
Semua perusahaan Timur Tengah yang disurvei mengharapkan pertumbuhan bisnis selama 12 bulan ke depan, dengan lebih dari 80 persen dari mereka memproyeksikan peningkatan tahunan baik pendapatan (82% dari responden) dan produksi (81% dari responden) lebih dari 10 persen.
"Dari pasar ASEAN yang ditargetkan untuk pertumbuhan, 67 persen responden survei mengatakan mereka berfokus pada ekspansi di Indonesia untuk menangkap peluang penjualan dan produksi," tulis laporan tersebut.
Sementara pilihan utama untuk ekspansi jatuh pada Malaysia (78%) diikuti oleh Singapura (69%). Akses ke pasar konsumen ASEAN yang besar dan berkembang (60%), akses ke pasar global yang didorong oleh jaringan Perjanjian Perdagangan Bebas (58%).
Dan diversifikasi jejak produksi (51%) dianggap sebagai faktor pendorong terpenting untuk ekspansi ke wilayah-wilayah tersebut, menurut para eksekutif senior dari perusahaan Timur Tengah yang disurvei.
"Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) juga diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi ke dalam Kawasan beranggotakan 10 negara tersebut," lanjutnya.
Semua responden setuju bahwa ratifikasi perjanjian RCEP akan mendorong lebih banyak investasi dari perusahaan mereka. Hampir 70 persen mengharapkan perusahaan mereka untuk meningkatkan investasi lebih dari 50 persen selama 3-5 tahun ke depan.
Baca juga: Omset Bisnis Farmasi Rp 180 Triliun, Indonesia Pasar Penting Bagi Daewoong Pharmaceutical
Survei tersebut juga menunjukkan perusahaan-perusahaan Timur Tengah mengenali berbagai risiko di ASEAN. Tiga risiko teratas yang teridentifikasi adalah pandemi COVID-19 atau krisis kesehatan lainnya (69%), pemahaman peraturan daerah (49%) serta ketidakpastian geopolitik dan konflik perdagangan (47%).
Selanjutnya, responden setuju bahwa mengadaptasi model bisnis mereka dengan praktik dan kondisi industri di ASEAN (64%), mencari dana dan mengelola likuiditas (56%) dan membangun hubungan dengan pemasok dan mengadaptasi logistik rantai pasokan (51%) adalah tantangan yang paling signifikan5 dalam 6 sampai 12 bulan ke depan.
Untuk mendorong pertumbuhan yang kuat dan seimbang di ASEAN serta memitigasi risiko dan tantangan, responden survei mempertimbangkan untuk melaksanakan program transformasi digital (60%).
Kemudian, mendorong inisiatif keberlanjutan dan ESG (Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola) (53%) dan memasuki kemitraan/ usaha patungan (joint venture) untuk meningkatkan market presence mereka (47%).
Untuk mendukung pertumbuhan mereka, perusahaan-perusahaan ini mengatakan mereka mencari mitra perbankan dengan lindung nilai valuta asing dan layanan penyelesaian multi-mata uang yang komprehensif (64%), layanan pembiayaan perdagangan yang luas (58%), dan kemampuan pengelolaan kas yang kuat (53%).
Baca juga: Gandeng Pemasok Baja dan Prinsipal China, Pelindo Jajaki Bisnis Pembuatan Crane